Bab 24

65.8K 10.5K 1.5K
                                    

Makasih atas dukungan kalian lewat Vote, komen, dan follow juga makasih.

Yang selalu ingetin Yuri buat update juga makasih, pokoknya readers sayang ..

Makasih ❤️

Happy Reading

-★-

Mobil mewah berwarna hitam itu sudah berhenti dan terparkir rapi di depan rumah yang mewah serta megah. Pria dari pengemudi mobil lain segera turun dan membukakan pintu mobil yang baru saja Berhenti.

Kenzo turun dari mobil setelah Eril membukakan pintu untuknya. Pria itu melirik pada Esta, putri bungsunya dengan Milla yang sedari tadi terdiam di jok belakang tanpa ekspresi.

Memang, sedari awal kakinya melangkah keluar dari kediaman Adias, Esta tidak sekalipun mengeluarkan suaranya. Dia hanya terdiam, memandang lurus sesekali menunduk dengan wajah tanpa ekspresinya.

"Mas," Sekar mendekat. Dia sedikit memegang lengan Kenzo. "Kamu habis dari mana?" Tanya Sekar yang belum menyadari keberadaan Esta di dalam Mobil.

"Saya habis dari—"

Blam

Esta turun dari mobil setelah membanting pintu. Sekar terkejut melihatnya keluar dari Mobil yang sama dengan Kenzo tumpangi. Gadis muda itu dengan acuhnya mengambil langkah masuk ke dalam rumah meninggalkan Sekar yang bertanya-tanya.

"Kok, Esta?" Tanya Sekar. Menatap Kenzo bingung.

"Sedari awal hak asuh Esta jatuh kepada Saya, walau dia bersikeras dia akan tetap tinggal bersama Saya." Kata Kenzo menjawab kebingungan Sekar.

"Apa? Kenapa bukan Riella aja? Kenapa harus Esta?" Sekar bertanya. Kentara sekali kekesalan yang tidak di tutupinya, hal itu membuat Kenzo sedikit bingung.

"Kenapa? Sudah Saya katakan, sedari awal hak Esta ada pada Saya. Sedangkan Riella bersama Milla." Jawabnya sedikit di jeda. Dia menatap perubahan ekspresi aneh di wajah Sekar. "Lagi pula, mau Esta ataupun Riella itu akan sama saja. Keduanya sama-sama putri ku, darah daging ku dengan Milla." Lanjutnya.

Sudut mata Sekar berkedut tidak sedap. "Tapi Mas, kenapa kamu ngga milih Riella? Maksudnya tuh, Riella kan anak pertama sedangkan Esta anak kedua, kenapa kamu malah biarin Milla yang dapat hak Riella?"

Mimik wajah Kenzo berubah drastis. Dia tidak buta untuk melihat dan dia juga tidak tuli untuk mendengar. Dari cara bicara dan mimik wajah yang di tunjukkan Sekar sudah sangat jelas bahwa wanita yang belum lama menjadi istrinya itu tidak suka dengan keputusannya atau ... Esta?

"Bagi Saya, Anak pertama maupun kedua itu sama saja. Riella atau Esta, keduanya akan tetap putri Saya, darah daging Saya." Kenzo menepis pelan tangan Sekar yang masih bertengger di lengannya. Hal itu membuat Sekar mengepalkan kedua tangannya di sisi tubuh.

Kenzo mengabil langkah, baru dua langkah dia kembali berhenti. Menolehkan sedikit kepala kebelakang, dia berkata dengan nada dingin.

"Sekar, jangan tunjukkan ekspresi jelek di wajah mu itu. Esta bisa sakit hati melihatnya."

Deg

Detak jantung Sekar berpacu cepat. Dia menoleh cepat kebelakang dan di suguhi pemandangan punggung Kenzo dan Eril yang semakin menjauh. Lantas Sekar bergumam membatin dengan wajah sedikit pucat.

A-apa terlihat sangat jelas bahwa aku tidak menyukai Putri bungsunya? Sial, ini bisa menjadi masalah.

-★-

Hamparan langit malam tanpa bintang entah kenapa terlihat cantik di mata Esta. Hanya ada sinar bulan yang menyinari langit yang begitu gelap.

Kakinya yang berada di kolam lantas di ayunkan ke depan dan belakang dengan seirama. Kedua tangannya mencengkram malas pinggiran kolam renang, dia berkedip menatap pantulan cahaya di air kolam.

"Walaupun ngga ada bintang, entah kenapa malam ini kayak indah banget. Apa itu cuma perasaan doang?" Celetukan dari arah belakangnya tidak mengalihkan pandangan  Esta sedikit pun, gadis utu tetap fokus melihat pantulan cahaya di kolam.

"Taa, udara cukup dingin. Kakak tadi bikin coklat panas, sekalian juga buat kamu." Grace mengulurkan tangannya yang memegang secangkir minuman coklat panas, hal itu tidak di lirik Esta sama sekali.

Menghela napasnya, Grace menaruh cangkir itu di atas meja. Dia menghampiri Esta dan duduk di sebelahnya dengan kedua kaki yang ikut di masukan ke dala. Kolam.

"Kamu ... Ngga seneng kembali ke rumah ini?" Tanya Grace. Dia bertanya kepada Esta denga pertanyaan yang memang sudah menggentayanginya.

Esta mendongak menatap langit. Jelas, gue ngga seneng balik ke rumah ini lagi. Kenapa? Karena gue harus berpisah dengan seseorang yang mirip dengan orang yang berarti di hidup gue. Sialan. Kenapa gue harus berpisah dengan Daddy untuk yang kedua kalinya? Kenapa juga gue harus jadi tokoh ngga penting di novel ini? Kenapa? Andai bisa memilih, gue pasti akan dengan suka rela menjadi apa aja ketika gue bisa dekat lagi dengan Daddy.

Ingin, Tiara ingin sekali mengeluarkan unek-uneknya selama beberapa bulan berada di tubuh Esta. Namun, mari berpikir lagi. Jika dia memberi tahu pada orang-orang, hanya ada satu yang akan di terimanya.

Seret paksa ke Rumah sakit jiwa untuk tes kejiwaan.

Menyebalkan. Tiara benci dengan pilihan itu, dia ingin kembali. Kembali ke dunianya, kembali ke Daddy nya dan hidup bahagia. Bukan seperti ini!

"Eh?" Sentuhan di telapak tangan kirinya membuat Esta menolehkan kepalanya. Dia menatap tangannya yang di genggaman oleh Grace, lantas dia mendongak dan menatap Grace dengan bingung.

"Esta," Grace sedikit menunduk. Dia berkata dengan sorot serius.

"Ayok kabur!"

-★-

Jangan lupa vote, komen, follow and share juga.

Target vote 2k, komen 1k komen

Belum nyampe target? Yaudah ngga up dulu🙃

Yuri yakin, dua minggu baru bisa target😀

Spam lanjut di sini👉

Spam semangat di sini👉

See you💜

Become The Antagonist's Sister?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang