Bab 41

28.5K 3.6K 309
                                    

Maaf baru up, abisnya lagi mood. Eh taunya sekarang lagi nggak baik, malah dapet ide. Hehe aneh ya

Jangan lupa komen sama vote nya, kan udah di kasih up.

Selamat membaca 😊

***

Taksi mengantarkan sesuai tujuannya. Kini di depan gedung tinggi dan besar Esta berdiri di depannya, memandangi sebentar cewek itu lantas melangkahkan kakinya masuk menuju meja resepsionis kantor.

"Selamat siang, ada yang bisa saya bantu?" sambut Resepsionis perempuan itu ramah saat Esta sampai di depannya.

"Ruangannya Babeh," ceplos Esta, cewek itu cepat-cepat meralatnya saat Resepsionis menatapnya tidak paham. "Papi Kenzo maksudnya,"

Resepsionis itu menyipitkan matanya sebentar seakan tengah mengingat-ingat sesuatu. "Nona .... Esta?"

"Yes!" Seru Esta cepat. Ternyata Esta yang asli pernah kunjungan ke kantor besar ini juga. "Tolong kasih tau tempatnya dimana,"

"Biar diantarkan saja, Nona."

"Nggak perlu," tolak Esta cepat. Dia ini anak mandiri. "Kasih tau ruangannya di mana aja,"

"Di lantai paling atas, ruangan--"

"Oke, makasih."  Sela Esta dan langsung berjalan pergi meninggalkan meja resepsionis. Resepsionis itu sampai melongo beberapa saat melihatnya.

Menaiki lift menuju lantai atas, Esta berdiam di dalam lift sendiri beberapa saat. Sampai akhirnya dia sampai di lantai 30 lantai yang paling tinggi di perusahaan besar ini.

"Ruangannya yang punya perusahaan gede gini ada namanya nggak ya di pintunya?" Esta melangkah sesuai instingnya. Melewati lorong yang panjang, dia menemukan ruangan dengan pintu yang berbeda dengan ruangan lainnya.

Tanpa kata lagi Esta langsung menuju kesana dan membuka pintu.

"BABEH!"

Prang

"Maaf Pak, maaf. Saya tidak sengaja, maaf Pak, maaf." Office Girl yang tadinya akan menaruh kopi di meja itu gemetaran sambil memungut gelas pecah yang berceceran di lantai. Dia terkejut dengan teriakan tiba-tiba setelah pintu di buka.

"Esta," Kenzo juga sama terkejutnya. Dia hampir menjatuhkan ponselnya tadi saat teriakkan putri bungsunya itu mendadak menggema di ruangannya.

"Payah, gitu doang aja kaget." Bukannya minta maaf, gadis itu duduk di sofa panjang yang tersedia tanpa merasa bersalah.

Ralat, Esta merasa bersalah melihat office Girl yang memungut gelas dan membersihkan kopi yang tumpah di lantai.

"Saya permisi Pak, kopinya akan saya antarkan secepatnya."

"Nggak perlu, kamu bisa pergi sekarang."  timpal Kenzo. Office Girl itupun pergi dengan sopan dia bahkan juga menunduk saat berpapasan dengan Esta.

Kepergian office Girl itu menyisakan Esta berdua saja dengan Kenzo. Ayah dan anak itu saling diam dan menatap satu sama lain, sampai akhirnya Kenzo buka suara.

"Tumben kesini, ada apa? Kamu butuh sesuatu?" Pria itu melirik sekilas pada putrinya sebelum kembali sibuk dengan pekerjaannya.

"Salah ya kalo aku ke sini? Aku kan, kangen sama Babeh." Ujar Esta acuh tak acuh. "Haus nih, boleh minta minum yang seger gak?"

Baru beberapa detik berlalu setelah mengatakan itu, dua orang karyawan masuk dengan membawa nampan berisi jus jeruk dan cemilan ringan lainnya.

"Wah, makasih." Esta tertawa riang. Ternyata begini rasanya jadi anak bos, enak juga. "Babeh gercep juga ya, pengertian banget, jadi sayang."

Become The Antagonist's Sister?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang