Bab 34

49.7K 7.2K 714
                                    

Hai

Kangen aku? Aku kangen kalian lho^_^

Maaf baru update, aku pulang sekolah sorenya langsung drop. Besoknya pergi ke dokter terus empat harinya aku sakit, maaf banget ya aku enggak update lama terus enggak ngabarin juga.

Sekarang pergantian musim, aku, kakak aku, saudara aku yang lain pada sakit semua. Ponakan aku yang kecil juga sakit, kalian jangan sakit ya, jaga kesehatan.

Sekarang musim nya mudah bikin sakit. Jangan hujan-hujanan!

Ada typo tandain,

Selamat membaca 📖

-★-

"Kenapa kamu diam? Mendadak bisu?"

Sekar gelagapan meraih tangan suaminya yang malah langsung ditepis. "Mas, aku bisa jelasin. Apa yang kamu dengar sebagian itu enggak sama dengan apa yang terjadi." Sangkalnya membela diri.

Dia melirik Esta. "Tadi Esta ngomong kurang ajar sama aku Mas, dia ngatain aku dengan kasar—"

"Lalu kamu balas memakinya serta membawa nama orang tuanya, begitu?" Kenzo menyela.

"Enggak gitu Mas, aku tadi—"

"Sekurang ajarnya Esta, kamu seharusnya bisa menahan diri bukan malah memaki. Kamu pikir kamu siapa sampai berani memaki putri saya, punya hak apa kamu?" Kenzo lagi-lagi menyela. Menatap Sekar lebih tajam.

Sekar balas menatap tak percaya. Punya hak apa katanya? "Aku ini istri kamu Mas, jelas aku punya hak. Esta juga putri aku sekarang." Balas Sekar.

Kenzo berdecih. Sekar langsung menambahi, "Aku cuma mau negur supaya Esta enggak tambah kurang ajar. Aku nggak mau Esta lewati batas kesopanan, aku nggak mau nantinya dia juga yang malu dan dapat teguran dari orang lain."

"Kamu menegur harusnya dengan baik dan lembut, tidak meninggikan suara dan dengan bahasa kasar. Harusnya kamu mencontoh Milla yang bisa mendidik dengan lembut. Bukan malah memaki seperti itu."

Sekar mengepalkan tangannya mendengar nama itu terucap dari mulut suaminya. "Kenapa kamu bawa-bawa nama dia? Masih belum move-on kamu dari dia? Atau jangan-jangan, kamu juga kepikiran untuk rujuk?" Tuduh Sekar.

Kenzo menatap Sekar aneh. "Apa maksud kamu menanyakan hal seperti itu? Apa kamu kehilangan akal, Saya ini suami kamu. Bagaimana mungkin kamu menanyakan hal seperti itu?" Rasanya, istrinya itu melantur. Dia sedang membahas persoalan anak, lalu kenapa malah melenceng ke masalah itu?

"Ya kamu sendiri, kenapa bawa-bawa nama dia? Udah tau dia itu rival aku, ngapain masih kamu sebut juga." Balas Sekar tak terima.

Kenzo menghela napasnya. "Saya menyebut Milla karena dia bisa mendidik anak dengan lembut namun tegas. Tidak emosi atau memaki, Saya pikir kamu bisa mencontoh nya juga." Jelasnya sabar.

Sekar melotot. "Kamu minta aku mencontoh dia?" Tanyanya tak percaya.

"Tentu, sikap lembut dan tegas Milla bagus untuk kamu contoh ketika mendidik anak-anak. Walaupun mereka sudah besar, sikap kasar bukanlah hal baik. Kamu tau sendiri, Saya sangat tempramen. Mana mungkin Saya bisa seperti itu, jadi tak ada salahnya kamu mencoba seperti Milla."

"Kamu gila Mas!" Bentak Sekar membuat Kenzo melotot. "Kamu mengatai Saya?" Marahnya.

Sekar mengabaikan, dia masih melotot jengkel. "Ya kamu itu gimana? Najis banget aku mencontoh rival sendiri. Nggak Sudi!" Sekar benar-benar tak habis pikir dengan suaminya, kenapa bisa menyarankan hal seperti itu. Jelas saja Sekar tak akan mau, dia mana Sudi.

Become The Antagonist's Sister?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang