Bab 15

79.9K 11.7K 1K
                                    

Hai🙋

Yuri comeback, ada yang rindu?

Nggak punya doi, jadi Yuri mending nanya sama Readers, kali aja ada yang negrinduin gitu 😅

Sebelum baca, vote dulu ya. Nanti pas baca atau udah baca, ramaikan komen ya.

Sip, di tunggu👍

Selamat Membaca 📖

-★-

Pintu besar itu terbuka, kakinya melangkah memasuki Rumah besar dengan interior mewah dan elegan itu. Kepalanya tertunduk dengan bahunya yang lemas, kakinya sedikit terpincang ketika berjalan.

"Dari mana?"

Suara datar dengan pertanyaan bernada dingin itu membuat langkahnya terhenti, dia menyerong menatap sesosok yang sedang duduk anggun di sofa besar.

"Sekolah, tadi ada tugas tambahan untuk olimpiade matematika. Jadi, Grace telat pulang."

PLAK

Bunyi tamparan nyaring menggema, pelayan-pelayan yang bekerja tidak ada yang bisa ikut campur. Pemandangan ketika Nyonya besar mereka menampar Nona muda sudah menjadi pemandangan biasa bagi mereka.

"Sudah berapa kali Saya bilang, berhenti mengikuti lomba-lomba seperti itu. Tidak berguna!" Bentak Sekar menatap Grace dingin.

Hati Grace mencelos, ini sudah biasa terjadi padanya tapi dia masih belum bisa menerima. Di depan semua orang, dia harus berakting layaknya orang tua dan anak yang harmonis. Tapi kenyataanya, hubungan mereka sangat jelas jauh berbeda dengan yang di tunjukkan pada publik.

Satu buku majalah melayang pada dadanya, Grace menangkap majalah itu. Dia menunduk melihat foto cantik seseorang yang menjadi cover dari majalah itu.

Dia Riella. Orang yang Grace kagumi karena bisa membuat Mami—Sekar menghalalkan segala cara untuk dekat dengannya. Iri, tentu Grace merasakannya.

Setelah Papinya—Robert meninggal, tidak ada lagi yang menyayanginya. Sekar yang sibuk dengan dunia nya sendiri dan terfokus merencanakan kedekatannya dengan Riella.

Impiannya menjadi seorang Guru harus kandas ketika Sekar selalu mengekangnya dan menjerumuskannya ke dalam dunia permodelan. Sayang seribu sayang, Grace tidak memiliki bakat di bidang itu. Hal itu semakin memicu obsesi Sekar pada Riella yang sudah terkenal di usia mudanya menjadi seorang model.

"Kamu tahu, itu adalah majalah terbaru dari Riella. Anak itu sangat berbakat, dia bisa menjadi terkenal di usia muda seperti ini. Sedangkan kamu, apa yang bisa kamu lakukan?" Sekar memuji Riella, dia menatap mencibir putrinya sendiri.

"Kaku dan sangat payah, mana ada agensi yang mau menjadikan orang seperti itu sebagai modelnya. Benar-benar membuat malu!" Sakit dan sesak, Grace mengepalkan tangannya agar tidak menangis di depan Maminya.

Cukup di katakan payah, dia tidak ingin di katakan cengeng. Dia harus kuat, ini adalah makanan sehari-harinya. Di banding-bandingkan dan di cemooh oleh Ibu sendiri.

Jangan nangis Grace, jangan marah, jangan benci Mami. Yang di katakan Mami itu benar, Riella hebat dan berbakat. Sabar Grace.

"Sebentar lagi akan ada Audisi, berlatih dengan baik. Saya tidak ingin mendengar kabar kegagalan dari kamu untuk yang kesekian kalinya." Tegas Sekar, menatap Grace yang menunduk itu dengan tajam.

"Aku nggak mau, aku nggak mau jadi model. Aku nggak mau Mi," Lirih Grace, dia menatap Maminya yang juga sedang menatapnya dengan sangat penuh peringatan.

"Aku nggak suka jadi Model, aku .. aku nggak punya bakat di sana. Cita-cita aku, menjadi seorang Guru. Aku ingin menjadi Guru Mi, bukan Mode—"

PLAK

Untuk yang kedua kalianya, Pipi Grace di tampar. Kerasnya tamparan itu melebihi keras nya tamparan pertama, Grace sampai hampir oleng akibatnya.

"Jangan membantah. Ikuti perintah Saya jika tidak ingin menjadi anak pembangkang."

Ketukan sepatu ber-hak tinggi itu menggema, pelayan yang melihat segera menunduk pada Nyonya mereka. Gemetar tubuh tidak bisa di tahan ketika langkah kaki Sekar terhenti.

Sekar melirik para pelayan dengan tajam. Dia mengancam dengan kata-kata, "Jika ada yang berani membocorkan hal ini, siap-siap keluarga kalian akan hancur di detik itu juga."

Meneguk sulit salivanya, mereka mengangguk serentak. "Ka-kami berjanji tidak akan membocorkan apa yang sudah kami lihat."

"Bagus." Sekar tersenyum, merasa puas melihat ketakutan di mata bawahan nya itu. Dia melanjutkan langkahnya meninggalkan ruangan yang kini benar-benar sunyi walau banyak berpenghuni.

Grace terdiam, miri dengan hidupnya yang hanya di jadikan sebagai hiasan berguna bak boneka yang harus mau melakukan apa saja sesuai keinginan Tuannya.

Sekali lagi, dia menatap foto Riella yang tertera di majalah itu. "Seneng ya jadi lo, bisa lakuin hal yang lo ingin tanpa ada yang melarang. Andai gue bisa seperti itu," Lirih Grace, menatap lantai kosong.

"Riella .. gue iri sama lo,"

-★-

Guys, Yuri seneng pake bngt pas banyak yg suka dan vote cerita ini. Rasanya terharu bngt😭

Apalagi liat vote dan komen yg bnr" bikin mood naik. Bab kemarin bisa sampe 1 k, bab ini bisa gk ya?

Yok, kalo vote 1k sama komen ny dh bnyak Yuri lngsung gas lah Bab selanjutnya!

Ayok teman-teman, di gas vote sama komennya!!!

Spam next di sini 👉

Thank you ❤️

Become The Antagonist's Sister?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang