Bab 29

59.5K 9.1K 1.6K
                                    

Halo guys! Nungguin Yuri yak?

Oh iya kabar kalian baik kan?

Yuri selalu baik:^)

Yuri baru update lagi yo, hehe biasa Yuri ngga ada kuota, wifi nya lagi rusak, yodah nunggu di kasih tethering sama kakak, eh ternyata ngga di kasih2, pelit asli.

Yuri bisa update karena kuota belajar, tapi  kawan2 tau tidak, ini tuh sangat lemot pake banget. Lah, pokoknya mau update aja susah Yuri tuh hehe.

Mau ngasih tau kalian, tapi gimana ngasih tau nya? Yuri aja ngga ada kuota wkwk.

Oke, cukup curhatan Yuri nya.

Btw, Seperti biasa, ada typo tandain yo💜

Selamat Membaca 📖

-★-

"Hoaam," Esta menguap lebar. Mengacuhkan banyak pasang mata yang menatapnya dengan beragam.

Kenzo yang beberapa menit lalu datang memenuhi panggilan dari sekolah itu langsung melotot, tidak menyangka anaknya yang sopan berubah menjadi sangat sopan seperti sekarang.

"Esta," menoleh malas, Esta menyahut. "Apa sih Beh?"

"Beh?" Syok Kenzo. Sejak kapan panggilan Papi-nya berubah jadi Babeh? Astaga, yang benar saja anaknya itu.

"Apa benar yang di katakan Kakak kelas kamu itu, kamu memukuli Kakak kelas perempuan kamu?" Tanya Kenzo setelah menguasai mimik wajahnya.

Esta menggeleng, hal itu membuat Jerry melotot. "Ralat, Saya ngga memukuli. Hanya memukul, oke?" Kata Esta menghiraukan pelototan Jerry.

"Apa bedanya?" Tanya Bu Methane yang sejak tadi menyimak.

"Hoho, jelas beda. Memukuli itu kesannya kayak Saya memukul si Siska banyak kali. Tapi jika memukul, itu berarti seperti Saya yang hanya memberi pukulan satu kali." Jelas Esta dengan nada sok nya.

Jerry memutar bola matanya. Malas dengan jawaban dari adik kelasnya itu, dia lantas menatap Bu Methane yang juga terlihat menatap Esta dengan aneh.

Saat bertemu waktu itu, dia tidak seperti ini. Batin Bu Methane mengingat pertemuan pertama dengan Esta di Ruang Bk. Ketika perkelahian Riella dan Grace, Esta lah yang di jadikan saksi.

"Maaf Bu, izin menyela." Kata Jerry, Bu Methane mempersilahkan.

Jerry bersiap menjelaskan, "Esta tidak hanya memukuli—" Esta langsung menyela, "Memukul." Ralat nya memelototi Jerry.

Jerry berdehem malas. "Iya maksudnya memukul, Esta juga melakukan pelanggaran pada aturan sekolah. Dia merokok di lingkungan sekolah."

"Merokok?" Kenzo syok lagi. Tapi dia merasa tidak percaya dengan perkataan Kakak kelas anaknya itu. "Kamu, jangan asal bicara. Berikan buktinya."

Jerry mengangguk, dia menatap Esta. "Keluarin rokoknya," memutar bola matanya, Esta mengeluarkan satu bungkus rokok lengkap dengan pemantik nya.

"Bapak sudah melihat sendiri, ini buktinya. Jika masih kurang percaya, Bapak bisa cek Cctv di sekolah ini. Saya yakin, rekaman ketika Esta merokok di koridor pasti ada." Lanjut Jerry membuat Kenzo bungkam. Syok dengan perubahan anak bungsunya yang benar-benar menonjol.

"Esta, 25 poin pelanggaran akan di masukan kedalam raport kamu. Kamu juga akan mendapatkan SP pertama dan skorsing 5 hari karena telah melakukan kekerasan di sekolah." Ujar Bu Methane dengan tatapannya yang menatap Esta sedikit tidak percaya.

"Saya keberatan," sela Esta. "Masa cuma bikin pingsan langsung dapat skorsing? Ngga banget deh Bu." Lanjutnya.

Kenzo menimpali, "Saya akan membayar biaya kerugian kepada anak perempuan yang dirugikan putri Saya, jadi Saya minta agar putri Saya tidak jadi di skorsing." Ujarnya.

Bu Methane menghela napas, dia tau dari mana Esta berasal. Jelas, keluarga Frederick yang kaya raya dan berpengaruh di sekolahnya itu tidak akan terima dengan keputusannya. Dari pada mencari masalah, Bu Methane lebih baik mengalah.

"Baiklah, sebagai ganti skorsing Esta harus meminta maaf kepada Siska, membiayai pengobatannya hingga sembuh dan membersihkan lapangan out door selama satu minggu full sebagai permintaan maaf dia karena telah merusak udara sehat dengan asap rokok nya."

"What?" Pekik Esta. Berdiri menatap Bu Methane dengan tajam. "Saya ngga mau ngejalanin hukuman itu, enak aja mau jadiin Saya tukang kebun. No!" Lanjutnya berjalan keluar dari ruangan dengan kesal.

"Esta, mau kemana kamu?" Teriak Kenzo di hiraukan Esta.

Keluar dari ruangan, banyak pasang mata yang menatap Esta dengan beragam. Hal itu tentu saja menambah tingjat mood buruk Esta.

"Apa liat-liat? Mau gue tebas tuh kepala lo pada? Biar sekalian, buntung-buntung dah tu badan!" Sentak Esta. Murid-murid yang mendengarnya bergedik ngeri dan berjalan cepat menghidari Esta.

"Apaan sih, bikin kesel aja." Dia mengeluarkan Hp dari sakunya, menekan kontak seseorang Esta mendekatkan Hp nya ke telinga.

"Halo Thur," ucap Esta. Suara Arthur langsung terdengar tapi seperti berbisik.

"Iya Ta, kenapa? Btw, chat aja ya. Ini gue lagi di kelas, trus ada guru. Kalo ketahuan kan nanti berab—"

"Jemput gue." Sela Esta.

Arthur langsung menyahuti. "Ck, gue lagi belajar ini Ta. Demi buat masa depan cerah kita nanti, elah. Kalo lo suruh jemput kan artinya gue harus bolos. Nanti aja ya?"

Esta memberengut, "Ngga mau. Pokoknya lo jemput gue ke sekolah sekarang. Titik ngga pake alesan!" Sambungan telpon langsung di putus sepihak, Esta tidak peduli jika Arthur mengomel nanti. Yang terpenting dia kabur dulu dari sekolah, malas aja gitu abis denger hukuman dari Bu Methane.

Sebenarnya dia bisa aja bolos sendiri, tapi masalahnya tadi pagi itu dia lupa bawa duit sekaligus lupa ngga bawa kendaraan, tadi pagi nebeng Grace. Jadi yaudah, manfaatin aja pacar kayak Arthur, kan lumayan.

"Siska yang pingsan kenapa gue yang repot sih? Ah, tau gitu gue buat koma aja sekalian." Gerutunya melanjutkan langkah menuju gerbang belakang sekolah.

Nunggu Arthur, kalo di gerbang depan kan pasti di hadang jadi mending di gerbang belakang aja. Biar aman.

-★-

Yo, di kasih vote sama komen yok biar Yuri makin semangat update nantinya🔥

Target yok, target! 2,6k vote 1,5k komen!!

Spam Next di sini 👉

Spam semangat di sini👉

Yok bisa yok di gas targetnya🔥🔥🔥

Udah target, Yuri baru update 😉

Bye💜

Become The Antagonist's Sister?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang