23. Tumbang

729 75 12
                                        

"Javiar!" Dini memanggil nama sang putra dari lantai bawah rumahnya.

"Apa, Ma?" Jav tidak kalah membalas dengan suara kencangnya.

"Turun! Nggak sopan banget teriak-teriak." Jav berdecak pelan. Orang mamanya sendiri yang mulai berteriak pertama kali.

"Kenapa?" tanyanya lagi saat sudah berhadapan secara langsung dengan sang mama.

"Ini, Mama buat cheesecake, kasih ke Reya, sana." Dini menyodorkan cheesecake buatannya ke hadapan Jav. Membuat Jav terdiam, karena terakhir kali, hubungannya dengan Shreya tidak baik-baik saja.

"Loh, kenapa bengong? Sana kasih, biasanya juga semangat kalo ke rumah Reya," tutur Dini. Menatap aneh putranya yang hanya diam membisu.

"Ma?"

"Kenapa?"

"Kalo perempuan ngejauhin laki-laki setelah laki-laki itu jujur tentang perasaannya, biasanya itu kenapa?" tanya Jav tiba-tiba.

Dini mengerutkan kening. Sejenak tamak berpikir.  "Ya, mungkin dia risih deket-deket sama laki-lakinya?"

Jav terdiam. "Masa sih? Tapi sebelum Jav ungkap perasaan, dia baik-baik aja tuh kalau dideketin."

Mendengar itu, Dini menyipitkan matanya. Menatap putra tunggalnya itu penuh selidik. Jav yang diperhatikan seperti itu pun seketika tersadar kalau dia telah salah mengatakan sesuatu.

"Eh, maksud Jav—"

"Kamu habis nembak siapa?" potong Dini. Mengulum sebuah senyuman.

Jav menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Salah tingkah.

"Siapa? Cerita sama Mama."

Jav menggeleng. "Apa sih, Ma?" katanya memelas.

"Ayo, cerita sama Mama. Siapa yang habis kamu tembak itu?"

Javiar melenggang. "Nggak, nggak ada," katanya pergi meninggalkan Dini di dapur.

"Javiar, siapa perempuan itu?"

* * *

Javiar mengetuk pintu rumah Shreya berulang kali, sebelum akhirnya Mbak Rida datang dengan senyuman manisnya.

"Den Jav," sapanya pada Javiar.

"Shreya ada, Mbak?"

"Ada, di dalam, masuk aja. Biasanya juga langsung masuk," ujar Mbak Rida.

Javiar mengangguk pelan. Ia kemudian melangkahkan kakinya memasuki rumah Shreya yang terlihat sepi itu.

Saat menginjakkan kaki di lantai atas, Javiar mendengar suara televisi. Lelaki itu melangkah mendekat, menghampiri Shreya yang rupanya tengah bersantai di sofa.

"Mama buat cheesecake," ujar Jav tiba-tiba, membuat Shreya tersentak keluar dari lamunannya.

Dava menyimpan kantong kresek berisi kue kesukaan Tasya itu di atas meja.

Shreya terdiam. Menatap  sekilas cheesecake favoritnya di aras meja. "Makasih."

Javiar mengangguk pelan. Ia lantas ikut mendudukkan dirinya di sofa yang lain.

"Lo sibuk?" tanyanya. Membuat Shreya menoleh dengan pandangan penuh tanya.

"Ayok keluar, kira jalan-jalan." Javiar berusaha untuk menjadi seorang sahabat yang baik untuk Shreya. Dari dulu status mereka memang sudah seharusnya begitu.

Tasya ingin menolak, tapi lidahnya kelu ketika melihat jelas sorot mata penuh harap lelaki itu. Menghembuskan napas pelan, Shreya pada akhirnya menganggukkan kepala.

SHREYA [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang