EPILOG

1.6K 85 140
                                        

Bandung, 2020.

Hari itu, langit kota terlihat jauh lebih indah dengan semburat jingga di peraduan. Mentari pergi menyelesaikan tugasnya dengan pertunjukkan yang memukau. Membiarkan ratusan insan manusia menatap langit dengan penuh kekaguman.

Sudah sekitar 3 bulan Shreya berada di Bandung. Sejak satu bulan setelah dia resmi menjadi kekasih Javiar, Shreya memohon pada Tama agar kembali tinggal di Bandung. Bukan tanpa sebab, Shreya jauh lebih suka ketika berada di negaranya sendiri.

Shreya tidak memiliki kesibukan apa pun selama ini. Hari-harinya hanya diisi dengan kegiatan di rumah. Faktor utamanya adalah kondisi tubuh yang masih lemah. Tama juga tidak mengijinkan Shreya untuk melakukan banyak kegiatan yang berat. Shreya tidak boleh stres dan kelelahan.

Ponsel Shreya di atas meja bergetar, disusul dengan layarnya yang menyala menampilkan nama Javiar dengan foto profilnya yang tidak pernah berubah.

Shreya mengulas senyum. Tangannya lantas bergerak mengangkat panggilan Javiar.

"Reya?" Jav memanggil, membuat Shreya mengulum bibir, merindukan suara khas nya.

"Udah pulang?"

"Kamu lagi di rumah kan?" Javiar tidak mengindahkan pertanyaan Shreya.

"Iya, kenapa?"

"Tunggu di rumah. Aku sampai situ 20 menit lagi." Dan setelahnya, panggilan telfon pun terputus. Membuat Shreya merasa sedikit kecewa karena ia masih ingin berbincang lebih lama dengan Javiar.

Shreya menghela napas panjang. Sesuai dengan ucapannya, tidak lama kemudian Javiar tiba di rumah Shreya.

Lelaki itu datang dengan celana jeans dan kaus hitam pendeknya. Ia berdiri di depan pintu dengan raut wajah lelah. Kedua matanya bahkan berkantung, seperti orang kekurangan tidur.

"Cape banget keliatannya," komentar Shreya. Memberikan Jav segelas air putih.

Javiar meminum air itu hingga tandas, sebelum akhirnya ia membalas ucapan Shreya, "Kentara banget, ya?" katanya membuat Shreya tersenyum tipis penuh arti.

"Tadi siang udah makan?" Shreya mengambil posisi duduk di samping Javiar.

Dava menganggukkan kepala. "Udah. Bareng sama anak-anak di kantin."

"Paginya sarapan?"

Kali ini Dava menggeleng. "Nggak sempat," katanya, "tadi bangun kesiangan."

Shreya mendengus. "Kebiasaan," ucapnya. Tahu betul bagaimana kebiasaan seorang Javiar. "Besok-besok kalau tidur jangan kemalaman. Udah tahu sekarang tinggal sendiri, nggak akan ada orang yang bangunin."

Javiar meringis. "Ya ... gimana, semalem diajak main Panji sama Ander, jarang-jarang, kan, mereka ada waktu gini."

"Game online?" Javiar mengangguk. Dia memainkan game itu hingga pagi bersama Ander dan Panji. Dirinya bahkan baru tertidur pukul empat, berakhir dengan terlambat bangun dan bergegas ke kampus karena ada kelas pagi.

"Nanti kalau mau sarapan ke sini aja, kita sarapan sama-sama di sini," tawar Shreya. Maksudnya baik agar Javiar tidak perlu repot memasak seorang diri.

SHREYA [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang