Pagi hari, Shreya sibuk menyalin catatan milik Berlin. Pelajaran pertama di kelas Shreya hari ini kosong, guru yang seharusnya mengajar sedang sakit. Jadi, Shreya memanfaatkan waktunya untuk mengerjakan tugas yang sempat dia tinggalkan kemarin.
Suasana kelas yang mulanya gaduh berubah menjadi hening kala Bu Yulia—wali kelasnya datang memasuki kelas.
"Selamat pagi, anak-anak!" sapa nya dengan ceria di depan kelas.
"Pagi, Bu!"
"Pelajaran siapa sekarang?"
"Pak Agus, Bu."
Bu Yulia nampak menganggukkan kepalanya. "Maaf, Ibu mengganggu waktu kalian sebentar. Ada kabar bahagia, karena mulai hari ini kelas kita kedatangan murid baru," ujarnya, membuat seisi kelas menengokkan kepalanya kesana kemari, mencari sosok murid baru yang dimaksud wali kelasnya itu.
"Silakan masuk!" titah Bu Yulia pada seseorang yang menunggu di depan kelas.
Selang berapa saat kemudian, seorang lelaki dengan senyum manisnya memasuki kelas, menyapa 33 murid di dalam kelas.
"Halo!" sapanya, yang langsung mendapat banyak sambutan hangat.
Shreya yang saat itu sedang sibuk menyalin catatan, sontak mengangkat kepalanya mendengar suara yang tidak asing. Gadis itu membulatkan mata sempurna ketika mengetahui sosok yang tengah berdiri di depan kelasnya.
"Dareen?" gumamnya tidak percaya.
Berlin yang melihat reaksi Shreya langsung bertanya, "Kamu kenal, Rey?"
Shreya menganggukkan kepala. "Dia cowok yang nolongin Mama pas kecelakaan."
"Kok bisa?" Berlin terkejut. Bagaimana mungkin semua hal bisa terjadi secara kebetulan seperti ini? "By the way, dia ganteng, ya, Rey," katanya lagi dengan mata penuh puja.
Helaan napas kasar terdengar keluar dari mulut Shreya ketika melihat reaksi Berlin. Gadis itu memutar bola matanya malas.
"Kalau begitu, Ibu tinggal, ya. Jangan lupa kerjakan tugas yang Pak Agus beri."
Bu Yulia lalu pergi meninggalkan kelas. Membuat keributan kembali terjadi. Banyak orang yang ingin berkenalan dengan Dareen, padahal cowok itu pun belum duduk di bangkunya sama sekali.
Shreya menghela napasnya ketika Berlin juga ikut-ikutan bangkit dari kursi. Ia menghampiri Dareen, bertingkah seperti fans yang akan bertemu idol. Sungguh, menyebalkan. Memang apa bagusnya Dareen? Sampai harus segitunya juga.
Shreya memilih tak ambil pusing. Dia kembali melanjutkan pekerjaannya. Sebelumnya, dia juga sempat mengambil earphone dan memasangkannya di telinga. Setidaknya, itu cukup untuk menghalau suara gaduh yang diciptakan teman-temannya.
"Ren, duduk bareng gue, yuk!" ajak Alden, yang memang belum mempunyai teman sebangku. Karena lelaki di kelas itu berjumlah ganjil.
Tanpa pikir panjang, Dareen pun mengangguk dan mulai berjalan menuju meja Alden.
Pandangan mata Dareen terhenti kala dia melihat seorang gadis yang sibuk mengerjakan sesuatu di mejanya. Telinganya tersumpal oleh earphone. Lelaki itu tersenyum, dan mulai mendekati Shreya.
Dengan usil Dareen manarik sebelah earphone yang digunakan Shreya, hingga membuat kegiatan gadis itu terhenti.
Shreya mendongakkan kepalanya. Menatap Dareen dengan sebelah alis terangkat ke atas.
Dareen mengulas senyum. "Kayaknya cuman kamu yang gak senang lihat kehadiran saya di sini?" katanya.
Shreya menipiskan bibir. Dia lantas menyimpan pulpen dalam genggamannya ke atas meja, kemudian menatap Dareen dengan pandangan malas.
KAMU SEDANG MEMBACA
SHREYA [SELESAI]
Dla nastolatkówShreya tidak menyangka akan disukai oleh Javiar, sahabatnya sejak kecil. Lantas, ketika pernyataan rasa itu terucap, haruskah Shreya menerimanya? Di saat Shreya tidak yakin waktu hidupnya di dunia akan bertahan lama. Copyright ©deardess 2020