Aku hanya rindu, menjadi putri kecilnya. Begitu rindu, nyaman peluknya.
Jakarta, 2020
Pagi hari yang cerah di tahun ajaran baru, membuat Shreya bersemangat pergi ke sekolah. Dia sudah rapi mengenakan seragam putih-abunya, padahal jam masih menunjukkan pukul enam pagi. Gadis itu bersenandung, menyanyikan lagu-lagu yang terlintas dalam benaknya.
"Pagi, Ma!" sapa Shreya, mengecup pipi mamanya yang sedang membuat sarapan di dapur.
"Pagi sayang!" Amarta, mama Shreya, balas mengecup kening anaknya penuh kasih sayang.
Shreya mengulas senyum. Ia lantas duduk disebuah kursi, menunggu mamanya selesai menyiapkan sarapan.
"Eh, kok Mama masak sendiri? Mbak Rida mana?" Shreya bertanya begitu tersadar sosok Mbak Rida, asisten di rumahnya, tidak hadir menemani sang mama bertugas di dapur.
"Tadi malam Mbak pulang ke Bandung, katanya anaknya sakit," jawab Amarta, tanpa mengalihkan atensinya dari wajan dan kompor.
Shreya mengangguk-anggukkan kepalanya dengan mulut yang membentuk huruf 'O' sempurna. Kemudian, dia bangkit dari kursinya dan pergi menghampiri Amarta.
"Loh, kamu ngapain kesini?" tanya Amarta, kala melihat anak semata wayangnya itu mendekat.
"Aku bantuin mama masak, ya?" Shreya berusaha mengambil alih spatula dengan tangannya. Namun, sebelum hal itu terjadi, Amarta lebih dulu menjauhkan spatula itu dari jangkauan Shreya
"Nggak usah, nanti baju kamu jadi bau. Udah, duduk lagi sana." Amarta menolak dibantu, membuat Shreya memberengut kesal.
"Tapi, Ma-"
"Udah mama nggak apa-apa, cuman masak doang. Kamu duduk aja sana."
Pada akhirnya, dengan berat hati, Shreya menurut. Dia duduk tenang, memperhatikan mamanya yang sibuk berkutat seorang diri.
Tidak lama Amarta selesai dengan masakannya. Wanita itu membawa dua piring nasi goreng kecap ke meja makan. Membuat Shreya berbinar karena tidak sabar untuk menyantap masakan mamanya.
Tin tin
Suara klakson di depan rumah menghambat aktivitas makan Shreya. Tangannya yang hendak menyuap melayang di udara.
"Jav tuh kayaknya," ujar Amarta.
"Biarin aja," Namun Shreya bersikap acuh. Dia tetap menyuapkan nasi gorengnya ke dalam mulut dengan santai. Sengaja, supaya Jav kesal menunggu lama.
"Kok gitu? Nggak baik, ah. Sana temui, suruh masuk sini, ajak sarapan sama-sama." Amarta menegur, membuat Shreya mencebikkan bibir.
"Udah lah, Ma, biarin aja. Masi pagi juga."
Amarta menggelengkan kepala, tak habis pikir dengan kelakuan putrinya ini. "Shreya, nggak boleh gitu, kasian Javiar."
Shreya menghembuskan napas kasar. Dengan terpaksa dia menghentikan acara makannya dengan meletakkan sendok yang digunakannya secara asal.
"Ya udah, aku berangkat." Baru saja dia hendak mengenakan tas ranselnya, jika tidak kembali ditegur oleh Amarta.
"Loh, mau kemana? Ini sarapannya belum habis. Lagian ini masih pagi. Mama nyuruh kamu temuin Jav, terus ajak sarapan di sini, bukannya langsung pergi sekolah. Sana, bukain pintu, ajak Jav sarapan sama-sama."

KAMU SEDANG MEMBACA
SHREYA [SELESAI]
Genç KurguShreya tidak menyangka akan disukai oleh Javiar, sahabatnya sejak kecil. Lantas, ketika pernyataan rasa itu terucap, haruskah Shreya menerimanya? Di saat Shreya tidak yakin waktu hidupnya di dunia akan bertahan lama. Copyright ©deardess 2020