17. Saling Bisu

541 73 12
                                    

"Nggak usah bercanda."

"Ada wajah gue yang bilang gue lagi bercanda?" Shreya menatap Javiar lekat. Sorot mata lelaki itu penuh dengan keseriusan. Ia lantas menggeleng pelan, sebelum akhirnya menundukkan kepala karena tidak sanggup bersitatap lebih lama dengan Javiar.

Hari itu, percakapan keduanya berakhir setelah Javiar mengantarkan Shreya pulang dengan selamat hingga di rumah.

Javiar tidak mengatakan hal lain lagi. Ia tidak menanyakan tentang perasaan Shreya, atau meminta gadis itu untuk membalas perasaannya. Javiar hanya mengutarakan apa yang dia rasa, membuat Shreya merasa sedikit tidak nyaman karenanya.

Helaan napas panjang terdengar keluar dari mulut Shreya. Kini, di saat sekolah masih sepi, gadis itu tengah termenung di kantin, memikirkan semua ucapan Javiar di hari kemarin.

Ia melahap tanpa minat nasi goreng buatan Mbak Rida. Kepalanya dipenuhi oleh satu nama, Javiar, yang sejak kemarin belum sempat ia temui lagi. Shreya bingung harus bersikap seperti apa saat bertemu dengan Javiar nanti.

"Sendirian?" Saat sedang larut dalam lamunan, Dareen tiba-tiba datang mengejutkan Shreya.

Lelaki itu duduk di samping Shreya dengan sebotol air mineral. Tangannya lantas terulur mengambil sebuah sendok di meja. Tanpa pinta, Dareen menyendok nasi goreng milik Shreya, ikut memakannya.

"Saya tadi belum sarapan, lagian kamu juga udah makan banyak, kan?"

Shreya menghela napas panjang. Namun, tidak urung dia membiarkan Dareen yang lahap memakan bekal sarapannya. Lelaki itu seolah tidak menyentuh makanan berhari-hari.

"Enak banget, masakan kamu?"

Shreya menggeleng. "Mbak Rida," balasnya. Dia tidak terlalu pandai memasak. Nasi goreng saja kadang rasanya berubah-ubah. Ada enak, ada tidak enak.

"Tumben banget pagi-pagi udah nongkrong di kantin?"

Kening Shreya mengkerut. "Tumben?" tanyanya tidak mengerti.

"Iya, tumben, soalnya saya sering pagi-pagi nyari makan di kantin, dan kantin selalu sepi. Baru kali ini lihat kamu di sini."

Shreya mengangguk paham. "Lagi pengen aja," katanya berlainan dengan realita. Nyatanya dia berangkat pagi karena ingin menghindari Javiar. Shreya belum siap bertemu dengan lelaki itu. Dia juga bingung harus bagaimana saat bertemu dengan Jav nanti.

* * *

Saat ini, kelas Shreya sedang diisi oleh jam pelajaran olahraga. Materi praktik minggu ini adalah permainan bola besar, basket.

Setelah melakukan tes dasar-dasar permainan bola basket perorangan, kini saatnya pertandingan antar tim dalam kelas dilaksanakan.

Tim Shreya sudah bersiap melawan tim lawan di hadapannya dengan tiap anggota juga sudah bersiap di posisinya masing-masing.

Permainan berjalan setelah peluit dibunyikan. Waktu terus berlalu dan skor unggul masih dipegang oleh tim Shreya. Untung tadi dirinya mengajak Tresa untuk satu tim, karena memang gadis itu cukup jago di bidang permainan bola basket.

Lalu, tanpa sengaja bola basket yang sedang diperebutkan itu menggelinding keluar garis lapang. Shreya berdecak. Dia lantas berlari mengejar kepergian boa.

SHREYA [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang