.
.
.Donghyuck mengambil setangkai Dandelion yang sudah sedikit layu pada sebuah vas bunga yang berada di dalam kamarnya, lalu mengganti dengan Dandelion yang baru ia beli.
Pemuda itu selalu meletakkan bunga kesukaannya tersebut di dalam kamar yang tidak terkena cahaya mentari langsung, serta tak terlalu ada angin agar bunga-bunga kecil itu tetap cantik berada di tangkainya. Meski terkadang ada satu dua bunga kecil yang berhasil terlepas, lalu terbang keluar kamar.
Donghyuck beranjak untuk menutup gorden jendela yang masih terbuka. Sekarang sudah pukul dua belas malam lewat empat puluh tujuh menit, hampir jam satu dini hari. Donghyuck telat pulang karena ia harus ke Apotik terlebih dahulu untuk menebus resep obat miliknya yang telah habis.
Salah satu maknae line di grup NCT memang tengah sakit, mungkin terbilang cukup parah. Namun, tidak ada satu orang'pun yang tahu, termasuk keluarga pemuda itu sendiri. Dia menyimpan kenyataan pahit tersebut untuk dirinya sendiri.
Donghyuck menarik napas dalam-dalam, lalu melangkah keluar kamar. Tujuan pemuda itu saat ini adalah taman belakang dorm yang cukup luas. Ia ingin menanam kuncup kecil bunga Dandelion kesayangannya di tempat tersebut. Seperti yang sering ia lakukan selama beberapa bulan ini. Bahkan sudah ada yang tumbuh subur. Donghyuck jadi tidak sabar ingin cepat-cepat melihat tanaman bunga Dandelion miliknya mekar di taman belakang.
Dorm NCT sekarang telah disatukan dari semua unit, tak terpisah seperti beberapa tahun lalu. Mereka sudah berhasil lebih sukses hingga membuat Direktur Agensi S.M memutuskan menyewa sebuah rumah cukup mewah nan megah di perumahan elit untuk dijadikan tempat tinggal para anggota. Agar keamanan mereka juga lebih terjaga dari sasaeng fans.
Dorm memiliki sekitar sebelas kamar. Satu kamar ditempati oleh dua orang. Namun, karena jumlah mereka ada 23 anggota, jadi ada 1 kamar yang ditempati oleh 3 orang. Awalnya Donghyuck satu kamar bersama Mark dan Jaemin, tetapi setelah sikap mereka semua mendadak berubah, pemuda itu diusir dari kamar, dan sekarang harus rela tidur di gudang, di lantai yang paling tinggi, dekat dengan loteng tempat menjemur pakaian.
Awalnya kamar Donghyuck sangat berantakan dan kotor, karena memang gudang. Bahkan ranjang untuk tidur saja tidak ada. Ya, namanya juga gudang, kan?
Akhirnya Donghyuck memutuskan merapikan tempat tersebut sampai bersih hingga siap untuk ditempati. Kemudian membeli kasur lantai tak terlalu besar karena sedikit susah membawanya ke lantai paling atas, bantal guling, selimut, kipas angin kecil, serta lemari plastik berukuran sedang untuk menaruh pakaiannya. Pemuda itu juga membeli alat makan sendiri, sabun untuk mencuci baju atau piring bekas ia makan.
Donghyuck memang mendapat larangan menyentuh apapun yang ada di dorm oleh para anggota. Termasuk memasak. Jadi, pemuda itu sama sekali tidak pernah masak, dia selalu makan di luar atau membeli secara online. Bahkan untuk duduk di sofa atau menonton televisi kala senggang juga tidak boleh.
Benar-benar diasingkan.
Bisa saja Donghyuck pergi dari dorm, dan membeli Apartment, tapi ia tak bisa melakukan semua itu. Donghyuck tidak bisa meninggalkan teman-temannya, meskipun mereka sudah tidak peduli lagi padanya.
Prang.
Donghyuck tersentak kecil ketika mendengar suara benda pecah dari arah dapur. Suasana dorm saat ini cukup remang, hingga ia cukup sulit untuk melihat apa yang terjadi. Posisi Donghyuck juga cukup jauh dari dapur, masih ingin menuruni tangga lantai dua. Keseluruhan ada tiga lantai ditambah setengah untuk loteng.
Pemuda itu melirik sejenak ke dapur ketika posisinya sudah dekat. Dari tempatnya berdiri saat ini, ia bisa melihat Doyoung di sana. Ingin bertanya apa yang pecah, tapi percuma. Bukan jawaban yang ia dapat, justru sebuah makian atau bahkan pukulan di tubuhnya. Jadi, lebih baik Donghyuck diam, abai dengan apa yang baru saja ia lihat.
"Heh! Mau ke mana lo?"
Donghyuck baru ingin membuka pintu menuju taman belakang, namun suara dingin Doyoung membuat langkah pemuda itu terhenti seketika.
"Nanam ini."
Karena ditanya, Donghyuck akan menjawab dengan jujur. Ia bahkan menunjukkan setangkai bunga Dandelion yang telah layu di tangannya.
Doyoung terlihat merendahan. "Gak waras," kata pemuda itu seraya membalikan badan, lalu fokus kembali dengan apa yang tengah ia perbuat.
Donghyuck tidak menghiraukan cibiran dari Doyoung. Ia melanjutkan langkahnya yang sempat tertunda.
Pemuda itu tersenyum kala melihat tanaman bunga Dandelion miliknya benar-benar tumbuh dengan subur. Donghyuck selalu menyempatkan waktu untuk merawat Dandelion sebelum ia pergi untuk bekerja.
"Kalian harus tumbuh dengan baik di sini, ya," kata Donghyuck yang mulai membongkar tanah di sekitar tempat itu.
Karena terlalu fokus menanam bibit baru, Donghyuck sampai tidak sadar jika Doyoung diam-diam menutup pintu yang menjadi satu-satunya akses untuk ke taman belakang. Bukan hanya ditutup saja, melainkan dikunci dari dalam.
Doyoung terlihat tersenyum puas. "Rasain. Malam ini lo bakal kedinginan karena tidur di luar," ucap pemuda itu.
Lalu, Doyoung beranjak dari sana, meninggalkan Donghyuck seorang diri yang masih sibuk menanam bunga.
Setelah beberapa menit berlalu, akhirnya Donghyuck selesai.
"Nah, kalian yang betah di sini. Jangan ke mana-mana, ya," ucap pemuda itu dengan senyuman kecil di wajahnya.
Donghyuck segera meninggalkan tempat tersebut, setelah sebelumnya mencuci tangan di kran yang berada di sana.
Namun, ketika Donghyuck ingin membuka pintu, pintu tersebut tidak bisa dibuka sama sekali.
Wajah Donghyuck berubah panik. Ini pasti kerjaan salah satu temannya lagi. Pemuda itu ingin berteriak memanggil mereka, meminta tolong untuk dibukakan pintu. Namun, hal tersebut justru bisa membuat mereka marah dan berakhir badannya memar karena dipukul.
Donghyuck menyerah. Malam ini harus terpaksa tidur di luar dengan udara yang cukup dingin. Ia hanya berharap agar tidak sampai sakit.
.
.
.Tbc~~~
Hallo~~
KAMU SEDANG MEMBACA
Dandelion Promise(Brothership)
FanfictionPada akhirnya aku hanya bisa berjanji, walau tidak bisa ditepati. Warning ⚠️ It's Bromance story of Lee Donghyuck NCT. Not boyslove. Happy Reading!