24. Mimisan

242 12 2
                                    


Di sebuah ruangan putih khas rumah sakit dengan seorang psikiater yang dikenal baik oleh Erlangga, Hazel dan Erlangga berada disana sejak tiga jam lalu. Mendengarkan baik tentang bagaimana Hazel dan kepribadiannya yang lain yang kerap kali hadir.

"Trauma masa lalu baik kekerasan fisik, emosional ataupun seksual, menjadi penyebab utama munculnya kepribadian ganda. Dari bincang-bincang kita tadi dan beberapa tes nya, Hazel memang memiliki banyak trauma. Hazel juga sering menahan kemarahan tapi kadang tidak bisa menahannya sampai akhirnya pribadi yang lain muncul di diri kamu," ungkap Rima, psikiater yang tak lain juga masih kerabat Erlangga.

"Pribadi kamu yang lain ini sangat berbalik dengan sikap kamu sendiri. Ada dendam yang dia simpan, saya  tidak tau dendam apa, mungkin Hazel sendiri bisa merasakan," lanjutnya.

"Engga apa-apa, saya bantu kamu untuk jadi lebih baik. Jangan terlalu di pikirkan trauma masa lalu kamu, itu akan ngebuat kamu semakin gak sehat nantinya. Jangan lakukan kegiatan yang kiranya malah membuat kamu ke trigger dan akhirnya kambuh. Juga Hazel harus ingat, bahwa orang yang mental health nya terganggu bukan berati dia gila. Engga, kamu jangan berpikir seperti itu ya, semua diberi kesehatan yang berbeda. Jadi jangan pernah menyerah untuk sembuh."

Hazel hanya diam dengan sesekali mengangguk. Ia sadar tentang kesehatannya, mendengar penjelasan dokter jiwa dihadapannya Hazel semakin mengerti bahwa ia memang tidak sehat. Mentalnya memang terganggu.

Keduanya berjalan keluar ruangan setelah semua selesai, tapi sebelumnya dokter Rima mengajak Erlangga berbicara.

"Kamu bantu Hazel untuk sembuh, temani terus dia. Sejauh ini kepribadian ganda belum ada obatnya, tapi insyaallah akan lebih baik dan sehat jika lingkungannya sehat, mendukung dia untuk sembuh juga. Jangan buat dia ke triger sampai akhirnya kambuh, nanti saya kasih obat penenang barangkali kamu susah menenangkan dia jika kambuh. Tapi jangan sampai kecanduan ya, kamu harus tetap ikut kontrol emosi dan perasaan dia," jelasnya.

"Terimakasih banyak, tan. Nanti Erlangga langsung bilang tante kalo ada apa-apa."

Erlangga keluar ruangan setelah menerima resep obat yang tadi dibicarakan. Ia mencari keberadaan Hazel yang tiba-tiba hilang, tadi Erlangga menyuruh perempuan itu untuk duduk menunggunya, tapi sekarang entah pergi kemana.

Matanya menangkap Hazel yang tengah membeli eskrim di seorang bapak-bapak  yang berkeliling menggunakan sepeda. Erlangga pernah beberpa kali mendengar dan melihat pedagang ekrim keliling seperti itu di area komplek nya.

"Kenapa gak bilang kalo keluar, gue nyari di dalam."

Hazel menengok ke arah Erlangga yang menghampiri dirinya.

"Sini deh, ekrimnya ada empat rasa, lo mau rasa apa? Gue traktir!"

"Kopi?" tanya Erlangga.

"Yang normal aja Erlangga! Engga akan ada rasa kopi di mamang mamang jual ekrim keliling. Aneh lo!"

Erlangga tersenyum, ia sedikit tenang melihat Hazel yang masih bisa marah-marah seperti ini. Dari tadi ia kepikiran, takut Hazel down mendengar kalau kondisinya lumayan buruk di kesehatan mental.

"Mang, rasa stoberi vanilla nya dua sama coklat vanilla nya dua ya."

"Satu aja Zel," peringat Erlangga.

"Ini tuu porsi satunya kecil, jadi gapapa kalo sekali makan lima corn juga," jawabnya.

Erlangga menurut saja, biarkan sajalah untuk kali ia menuruti mau cewek itu.

"Terimakasih mang, kembaliannya ambil aja," Erlangga menyerahkan uang yang langsung diterima mamang eskrim tersebut.

"Loh, kan gue yang mau traktir."

ERLANGGA. J.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang