08. Erlangga Khawatir

357 21 4
                                    

Happy Reading!! ✨

.
.
.
.
.

Sebuah ruangan dengan aksen cat berwarna putih disetiap sudutnya terasa sangat senyap

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sebuah ruangan dengan aksen cat berwarna putih disetiap sudutnya terasa sangat senyap. Seorang gadis tengah terbaring di brankar dengan infusan yang setia menempel di tangannya.

Erlangga menatap nanar wajah gadis dihadapannya. Nyatanya Hazel belum sadarkan diri dari empat jam yang lalu. Dokter bilang semua lukanya sudah diobati, beruntung Erlangga langsung membawanya ke rumah sakit sebelum luka itu terinfeksi.

Tangannya mengusap pelan rambut Hazel yang jatuh ke dahi. Entahlah, perasaannya tidak jelas sekarang. Erlangga marah, itu jelas tapi ia juga merasa sedih dan bingung secara bersamaan.

"Cepat bangun, jangan bikin gue khawatir."

Setelah mengucapkan kata itu Erlangga keluar dari ruangan ber-cat putih itu. Diluar ruangan sudah ada Selat, Benua, juga Arsa yang sedari tadi memang sudah datang menemaninya.

"Udah sadar?" tanya Selat yang tertuju pada keadaan Hazel.

"Belum. Gue boleh minta tolong sesuatu sama lo?" Erlangga memandang langsung ke arah Benua. Cowok itu menampilkan raut serius yang membuat Benua langsung berdiri dari duduknya.

"Santai bro, lo perlu apa?"

"Lacak keadaan ibu dan kakaknya Hazel, karena gue yakin mereka udah pergi dari rumah sekarang juga. Dan tolong cari tau apa alasan dia ikut balapan malam itu."

Benua menolehkan pandangannya ke arah Selat dan Arsa bergantian lalu kembali menatap Erlangga serius.

"Gue bisa aja bantu lo, tapi apa lo gak mau tanya langsung dulu ke Hazel tentang ini semua. Bukan apa-apa, gue ngerasa gak sopan untuk nyari tau kehidupan pribadi seseorang," jelasnya.

Benua memang bisa melacak dan mencari tau tentang seseorang dengan cepat dan tepat, tapi cowok itu juga membatasi sesuatu yang seharusnya tidak ia cari tau lebih dalam tanpa izin. Ia menghargai sebuah privasi.

"Hazel gaakan kasih tau gue tentang ginian. Dia juga belum sadar atau pulih, gue gak mau ngomongin suatu hal yang bikin dia drop lagi. Yang gue tau dia punya trauma yang buat mental nya terganggu."

Selat, Benua, maupun Arsa lumayan terkejut dengan apa yang dikatakan Erlangga. Erlangga memang selalu to the point jika sudah serius, cowok kalem itu bisa bicara panjang lebar jika menjelaskan sesuatu. Yang paling terkejutnya adalah tentang trauma Hazel, mereka tidak menyangka perempuan periang itu memiliki trauma.

"Gue akan coba cari tau tentang alasan kenapa Hazel ikut balapan, gue rasa Rin atau Alana bisa jelasin ini karena mereka berdua sama-sama suka motor, apalagi mereka sahabatan," kata Arsa.

ERLANGGA. J.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang