16. Long time no see

274 12 2
                                    

"Masih pusing gak?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Masih pusing gak?"

Hazel menggeleng lemas, memilih untuk memejamkan matanya dengan tangan yang memeluk bantalan. Ia berada di mobil Erlangga sekarang, menuju jalan pulang ke apartnya. Tadi itu Hazel memang sempat mengeluh pusing, kepalanya yang terbentur meja saat kejadian tadi meninggalkan memar yang lumayan membiru. Untungnya tidak terlalu terlihat karena tertutup rambutnya.

Erlangga mengusap halus surai Hazel. Sebenarnya ia khawatir, tapi Erlangga tidak bisa menampilkan rautnya. Jadilah ia yang sekarang seperti orang yang bingung.

Erlangga memutuskan untuk membawa Hazel pulang. Lagipula seragam Hazel sudah basah kuyup, jadi tidak mungkin ia melanjutkan pembelajaran dengan keadaan seperti itu. Seragam baru di koprasi juga sedang kosong, ditambah jam pulang tinggal satu jam setengah, jadi tidak masalah.

"Tidur aja, nanti gue bangunin kalau udah sampe," kata Erlangga.

"Gamau," jawabnya. Percayalah, Hazel sedang dalam keadaan mood yang tidak baik saat ini.

"Yaudah, mau beli apa? Apapun, gue beliin."

Hazel tampak berfikir sebentar, tapi pilihannya tetap jatuh pada si pink kesukaannya.

"Eskrim sama susu stroberi, boleh?" tanyanya.

"Boleh, nanti mampir dulu buat beli di depan. Udah gak usah sedih gitu."

"Gue gak sedih!"

"Iya tapi lo jadi badmood."

"Gue kesel tak gak sih?!"

"Iya ngerti, udah gausah marah-marah nanti kepalanya sakit lagi."

Hazel menghela nafasnya kasar. Lihat saja nanti, akan Hazel balas cewek gila itu.

"Nanti lo aja yang beli, gue nunggu di mobil ya," pintanya.

"Iya, istirahat aja."

....

Di sebuah tempat yang lapang dengan hanya ada beberapa pohon, Arsa terduduk disana, tanpa alas dan memandang hamparan tanah lapang yang nyatanya sangat penuh. Sesak didadanya tidak pernah terasa hilang, bahkan rasanya semakin menjadi saja kala ia kembali berkunjung ke tempat ini.

Arsa terduduk menahan getaran rasa  yang menggebu yang siap menumpahkan air matanya kapan saja. Jangan bilang Arsa lebay, nyatanya cowo humoris itu tidak pernah merasa baik-baik saja.

Tangannya mengusap lembut sebuah nisan yang sudah lumayan lama tidak ia pegang. Sebuah gundukan tanah yang menjadi tempatnya pulang.

"Ma, ini Arsa."

Lirih anak laki-laki itu seolah mampu memporak-porandakan jiwa siapa saja yang mendengarnya. Arsa dengan segala tingkah tengil nya, suara kencang teriakannya, dan sifat humorisnya, nyatanya hanya sebuah topeng belaka. Di dalam sana, di dalam topeng itu, nyatanya hanya ada Arsa yang mungkin jika bisa dilihat tubuh dan segala bentuk perasaannya sudah hancur berantakan tiasa rupa. Arsa memang sepandai itu menyimpan luka.

ERLANGGA. J.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang