05. Giselle?

390 30 27
                                    

happy reading dear!✨
....

Erlangga mengendarai mobil Selat dengan lumayan cepat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Erlangga mengendarai mobil Selat dengan lumayan cepat. Ia tidak peduli urusan bagaimana balapannya, toh  dirinya akan melawan Hazel juga jika kejadian ini tidak terjadi.

Jujur, ia sangat terkejut kala mengetahui Hazel mengikuti balapan ini. Ia sama sekali tidak pernah menyangka bahwa cewek yang selama ini tidak bisa diam dan selalu menempelinya itu memiliki sisi yang ia yakin jarang diketahui orang-orang.

Netranya menatap sekejap Hazel yang berada di sampingnya. Kursi nya ia turunkan sandarannya agar Hazel bisa berbaring dengan tenang. Gadis itu belum juga membuka matanya.

Erlangga memelankan kecepatannya kala dirinya mulai sampai rumah. Ia membunyikan klaksonnya agar pak satpam yang berjaga dapat membukakan pintu gerbang.

Dari arah dalam rumah, Nita -Mama Erlangga datang membukakan pintu. Kebetulan ia terbangun malam dan telah menyelesaikan sholat malam. Dari atas tangga, sang ayah -Erga juga turun kala mendengar suara klakson mobil yang masuk.

Erlangga menggendong Hazel dengan kedua tangannya. Ia membopong gadis itu dan terkejut kala hendak membuka pintu karena kedua orangtuanya sudah berasa disana.

"Bumi kamu bawa siapa?" tanya sang ibu terkejut. Pasalnya anaknya ini pulang jam tiga pagi dan tiba-tiba membawa perempuan.

"Erlangga?!"

"Plis ma, pa, Bumi bakalan jelasin tapi biarin aku masuk dan bawa dia dulu ke kamar, kasian."

Mereka membiarkan Erlangga masuk dan membawa Hazel ke kamarnya. Ya, kamar Erlangga. Karena kamar tamu di rumah ini sedang di renovasi membuat Erlangga langsung membawa Hazel ke kamarnya. Biarlah untuk kali ini ia mengikhlaskan karena bagaimana-pun kamarnya tidak pernah dimasuki orang lain.

Erlangga menidurkan Hazel dengan pelan, ia langsung mencari minyak angin dan mengoleskan sedikit di sekitaran hidung Hazel. Jelas terlihat memar di wajah cantik itu, bengkak, biru, juga bagian bibirnya yang berdarah. Padahal pagi tadi baru saja Erlangga mengobati memar itu, tapi sekarang ia harus kembali mengobati luka baru nya.

"Sini, biar mama bantu."

Erlangga memberikan minyak angin itu kepada mamanya. Erlangga melihat dari belakang tubuh mamanya dengan posisi berdiri, ia memperhatikan mama nya sedang mengobati Hazel dengan telaten. Beruntung mamanya selalu menyiapkan p3k disetiap masing-masing kamar untuk berjaga-jaga.

Di lubuk hatinya, jujur Erlangga khawatir. Ia takut jika terjadi suatu hal yang parah pada luka-luka yang Hazel dapati. Dirinya juga tidak terima kala tadi melihat Hazel yang dengan seenaknya di kasari oleh seseorang. Terlebih orang itu adalah pria, dimana sudah jelas bahwa tenaga mereka berbeda.

"Ini pertama kalinya kamu bawa perempuan ke rumah, juga dengan keadaan luka-luka dan pingsan."

Erga sang ayah datang dari arah pintu dengan tangan yang dimasukan kedalam kantong nya. Beliau memang sering kali memakai celana panjang walaupun dirumah.

ERLANGGA. J.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang