23. Hadiah

209 11 0
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

....

Ujian akhir sudah didepan mata. Erlangga, Hazel, juga teman-temannya memfokuskan diri untuk belajar persiapan ujian. Erlangga memberi peringatan keras kepada anggotanya untuk tidak melakukan kegiatan bermain atau nongkrong lainnya, ia menentang keras bagi siapapun anggotanya yang masih berani bermain hingga larut malam. Erlangga juga memperingatkan bahwa mereka semua harus lulus bersama dengan nilai yang bagus. Tidak ada alasan nilai anjlok atau sampai tidak lulus ujian. Erlangga tidak akan segan memberi mereka hukuman atau juga mengeluarkan mereka dari Xaverius.

Erlangga memang selalu mengutamakan pendidikan untuk semua anggota. Ia tidak ingin nama Xaverius jelek hanya karena nilai sekolah anggotanya jelek, dan orang akan berfikir itu karena mereka berada dalam lingkup Xaverius. Tidak akan Erlangga biarkan. Maka dari itu, tidak ada anggota Xaverius yang benar-benar bodoh. Semuanya punya otak pintar, hanya saja kelakuannya yang kadang seperti orang tidak punya pikiran.

Hari ini adalah hari terakhir ujian dilaksanakan. Erlangga masih tengah berkutat dengan soal-soal dihadapannya. Rautnya sangat fokus mengerjakan beberapa soal yang hampir selesai.

Sedangkan Arsa, cowok itu ingin meminta bantuan karena ada beberapa soal yang belum ia isi karena tidak menemukan jawabannya. Tapi takdirnya yang memiliki huruf depan A membuatnya duduk di posisi paling depan tepat di hadapan meja pengawas.

"Gue gak akan namain anak gue pake huruf awal, gue namain anak gue pake huruf Z biar ujiannya dapet tempat dibelakang," batinnya.

Pengawas mulai berkeliling mengawasi muridnya, waktu pengerjaan tinggal lima menit lagi. Arsa pasrah, ia memilih asal opsi jawaban dengan modal membaca bismillah. Semoga saja keberungungan berpihak padanya.

"Waktu habis, silahkan tekan kirim."

....

Pulang dari sekolah Erlangga langsung menuju apartement untuk menemui Hazel. Cewek itu mengeluh karena tidak bisa mengerjakan soal ujian matematika. Ini juga hari terakhir Hazel melaksanakan Ujian akhir, tapi bedanya karena Hazel mengambil home schooling, ujiannya di mulai pukul satu siang. Tepat jam pulang Erlangga. Juga karena ujiannya dilaksanakan online, Hazel jadi bisa meminta bantuan pada Erlangga.

"Udah ngerti yang gue jelasin?"

Hazel hanya termenung. Ia benar-benar tidak sanggup lagi menerima penjelasan Erlangga. Bukan apa, otaknya serasa ingin meledak karena tidak pengerti. Ini murni karena ia bodoh saja.

"Kalo sampe lo belum ngerti, jangan chat gue selama tiga hari," peringatnya.

"Dih? Kok gitu?"

"Itu pelajaran kelas sepuluh Hazel, masa gak ngerti."

"Gue lupa Bumi!"

"Udah gue jelasin berapa kali. Masih mau ngelak?"

Hazel mengerucutkan bibirnya. Ia sebal. Otaknya memang tidak secepat tanggap itu. Ia butuh waktu ekstra untuk mengerti banyak hal pelajaran. Untuk menanggapi saat berbicara dengan orang pun ia sering lemot.

ERLANGGA. J.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang