14. Go publik?

289 21 0
                                    


Erlangga berjalan keluar lift kala ia sampai di lantai tujuannya. Ia membawa paper bag yang berisi makanan pesanan Hazel. Entah telah terjadi angin apa pada dirinya, yang jelas Erlangga dengan senang hati menawarkan itu semua.

Kakinya terus berjalan di lorong koridor menuju pintu apartement Hazel. Ah ralat, miliknya tapi ditinggali Hazel. Setelah sampai ia menekan enam digit angka yang menghasilkan pintu itu terbuka. Ia langsung masuk tanpa menunggu Hazel membukaannya.

Matanya menangkap seorang gadis yang tengah asik berswafoto di ponselnya. Didepan cermin, dengan beberapa gaya yang ia lakukan. Hazel masih belum menyadari bahwa Erlangga sudah sampai dan memperhatikannya dari belakang.

Tanpa aba-aba Erlangga menepuk bahu Hazel, membuat gadis itu terkejut.

"ANJIR!"

Hazel mendapati Erlangga yang menatapnya dengan raut datar menahan tawanya. Kalau saja kalihat lihat, pasti ingin meraup wajah tampan itu. Atau malah menciumnya?

"Heh! Dateng kapan? Kok gak ada suaranya?!"

"Barusan, lo asik foto-foto."

Erlangga meletakan paper bag berisi makanan itu keatas meja. Ia langsung beranjak dan duduk di sofa, membiarkan Hazel mengikutinya.

Hazel tersenyum melihat Erlangga. Penampilannya yang memakai kemeja panjang yang dilipat sesikut, dengan dasi kelonggaran, juga rambut yang lumayan acak-acakan membuat ketampanan cowok itu bertambah.

Hazel menghampiri Erlangga dan duduk di sebelah cowok itu, membuat Erlangga menaikan alis nya. Mau sok cuek bagaimana pun, aslinya Hazel tetap tidak bisa diam depan cowok itu.

"Bagus gak rambut gue?" tanyanya sumringah.

Erlangga memandangi Hazel, rambut cewek itu betulan di potong. Pendek, hampir sebahu.

"Hm."

"Dih, kok kaya gitu responnya?! Jelek ya?"

"Engga."

"Ah, lo mah."

Hazel cemberut membuat Erlangga tersenyum tipis. Tangannya menggapai pucuk kepala gadis itu dan mengacaknya singkat, membuat Hazel kembali menatap cowok itu sambil memakan croissant-nya.

"Yang cantik orangnya, bukan rambutnya. Rambutnya cocok sama lo."

Pujian mendadak dari Erlangga membuat Hazel yang sedang memakan croissant langsung tersedak. Hazel menatap heran Erlangga, sumpah dia tidak seperti Erlangga sekarang.

"Dih?! Belajar gombal dari siapa? Gak cocok!"

Erlangga menatap malas Hazel dihadapannya. Padahal dirinya sudah susah-susah mencoba berubah jadi cowok romantis sampai menurunkan harga dirinya untuk bertanya pada Arsa bagaimana caranya. Tapi reaksi Hazel malah seperti itu.

Tapi Erlangga tidak bohong, Hazel terlihat sangat cantik. Model rambut barunya sangat cocok, terlihat fresh dan sepertinya sangat cocok dengan kepribadian cewek itu yang agak bar-bar. Walaupun begitu, Erlangga harus tetap menjaga imagenya agar tidak terlihat terang-terangan memuji Hazel.

"Terserah."

Mereka memakan makanan yang Erlangga bawa bersama, sambil menonton TV yang menyiarkan kartun spons kuning dengan teman bintang laut berwarna pink.

ERLANGGA. J.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang