7

4.8K 682 138
                                    

"Ya Tuhankuuu~ Anak Bunda yang merantau ke ujung dunia akhirnya pulang!" Seorang wanita berhamburan memeluk Kala di ambang pintu rumahnya. "Mukjizat Tuhan memang nyata! Kamu pulang ke rumah setelah ratusan tahun menghilang!"

Kala tertawa balas memeluk tubuh sang ibu. "Bunda mulai drama lagi. Natal kemarin aja aku pulang."

"Tupai nakal ini!" Bunda memukul bahu Kala. "Itu udah hampir tahun lalu! Pulang ke rumah sendiri kok setahun sekali?!"

"Ya gimana, atuh? Kan aku sibuk." Kala cemberut sambil mengusap-usap bahunya yang pedas. Pulang-pulang ia malah dimarahi, bukannya disambut pawai penyambutan atau semacamnya kek.

"Haish, alesannya basi. Terus lihat nih! Ck, badan kamu kurusan. Makan yang teratur dong," Tangan hangat Bunda memegangi bahu dan lengan Kala dengan sayang. Lalu beralih ke pipi Kala, menguyelnya seperti squishy. "Ini, apa ini? Pipi atau bakpao daging? Kamu kok kalo makan lemaknya lari ke pipi semua sih, Dek? Kamu ini––" omelan Bunda yang akan dibarengi tindak kekerasan lain untuk putranya itu, tertahan di ujung lidah saat matanya menangkap sosok lelaki lain di sebelah Kala.

"Eleh eleeeeeh~ Saha ieu? Kasep pisan!"

"Anu ... Bunda, ini––"

"Kamu bawa calon, Dek?!" potong Bunda antusias. Kalau benar, ini akan menjadi berita menggembirakan sekali buat Bunda. Wanita itu sudah tidak sabar memamerkan calon menantu gantengnya ke tetangga-tetangga julid yang terus menanyakan kapan anaknya nikah. "Si Kasep, lebih suka indoor atau outdoor?"

Kala menarik napas malu. Belum apa-apa Bunda sudah ngide bagaimana melangsungkan acara pernikahan.

Untunglah Damian hanya tertawa halus menanggapi candaan Bunda––padahal firasat Kala, tadi Bunda sedang tidak bercanda––lalu ia tersenyum sungkan. "Saya Damian, Tante. Damian Raka." Tuturnya seraya menyalami ibunya Kala dengan sopan.

Wanita itu tersenyum berseri. "Haduh, calon mantu mah panggilnya Bunda aja, atuh. Ayo sini masuk. Di dalam saja kita ngobrolnya. Oh, pasti kamu laper, kan? Kita makan dulu. Bunda masak banyak."

Dengan alis menukik tidak suka dan bibir merengut Kala melihat bundanya yang tiba-tiba jadi semanis sakarin* di hadapan Damian. Ia jadi tersisih.

"Ayaaah! Adek udah nyampe. Liat nih, dia bawa apa!" kelakar Bunda, tanpa mengindahkan bahwa ia seharusnya mengalamatkan Damian––yang merupakan orang––dengan 'siapa' alih-alih 'apa'. Wanita itu bersemangat sekali masuk ke dalam rumah sembari menggiring Damian ikut, melupakan sang putra di belakang.

Kala menyusul sambil merengut seperti anak tiri yang diabaikan.

Alih-alih ayahnya, yang segera keluar menyambut Kala dari ruang tengah adalah seorang laki-laki muda yang kira-kira berusia awal tiga puluhan. Kakak laki-laki Kala yang bernama Brian Adinata.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
The Art of Becoming ParentsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang