agak 🔞⚠️ (huft ... biasalah. ank muda emg gk bs dpercya)
***
Kala :
Dam, sini cepet!!
Urgent!Alis tebal pria itu bertaut kebingungan melihat pesan bernada panik dari Kala. Ia yang sudah berbaring di sofa bersiap untuk tidur, dengan sigap segera bangkit berdiri. Dengan ekstra hati-hati agar tidak membangunkan Ibu yang telah tertidur di kamar tamu, Damian mengendap masuk ke kamarnya sendiri seperti seorang maling.
Juga demi menghindari keributan dan hal-hal tidak diinginkan—seperti Ibu tiba-tiba masuk dan mengiranya berbuat macam-macam, Damian mengunci pintunya. Toh, dia memang tidak akan macam-macam. Niatnya begitu mulia untuk mengecek kondisi Kala yang terdengar super genting kalau dilihat dari isi pesannya.
Iya, tujuannya bersih tanpa sedikit pun niat busuk terselubung.
Tadinya.
Setidaknya sebelum ia mendapati Kala sudah separuh telanjang—hanya dengan atasan piama yang ujungnya hanya mencapai seperempat paha—berdiri di depan cermin satu badan di kamarnya. Damian meneguk ludahnya kasar. Oh Tuhan, cobaan apa lagi ini?
"... Kal?"
Pemuda itu menolehkan wajah manisnya yang tengah memasang raut kesal pada Damian. Bibir kemerahannya mencebik ke bawah. "Damian," rajuknya seperti anak kecil. "Celananya nggak enak. Sempit di perut aku. Tadi aku lihat di cermin kulit perutku sampe merah."
Mata Damian mengerjap-ngerjap seperti kelilipan beling. "... eh?"
Dan saat itulah matanya menangkap seonggok celana dengan warna senada baju Kala tergeletak mengenaskan di lantai. Ia tadi meminjamkan sepasang piama dengan bahan satin yang halus berwarna hitam pada pemuda itu.
Piama itu adalah hadiah ulang tahun dari salah seorang teman kerjanya dulu sekali. Ukurannya sedikit terlalu kebesaran untuk Damian—ditambah ia juga bukan penggemar piama untuk tidur, jadi ia memang jarang memakainya. Dan bagi Damian yang notabenenya bertubuh lebih besar dari Kala saja piama itu kebesaran—apalagi untuk Kala. Tapi justru karena itulah Damian memilihnya. Ia pikir baju tidur oversized itu akan membuat Kala nyaman. Namun rupanya Kala malah kemusuhan dengan bawahan baju tidurnya.
"Kenapa nggak bilang dari awal?" Damian mengerut alis. "Kamu dari tadi makan malem terus ngobrol sama Ibu berjam-jam berarti pakai celana nggak nyaman?"
"Nggak enak sama Tante Runi kalau mau nyela," ringisnya polos.
Damian menghela napas panjang. "Ibu nggak bakal kenapa-kenapa walaupun sesi gosip kalian disela sebentar buat kamu ganti celana yang lebih nyaman."
"Bukan gosip, tau," sanggah Kala seakan itu adalah hal penting untuk ditegaskan. "Kami tadi cuma bahas kenangan masa lalu dari album foto aja." Ia tertawa.
Yang lebih tua memutar bola matanya jengah. Ia berjalan menuju walk-in closet tanpa menanggapi ucapan Kala. "Mau celana yang gimana?"
"Training? Boxer?" Kala mengedik bahu dan duduk santai di tepi ranjang. "Apa aja yang penting nyaman."
"Kamu sebenarnya boleh pilih sendiri tanpa nunggu aku," kata Damian seraya fokus memilah deretan pakaian di sana. "Pakai apa aja yang kamu suka."
"Ya bener aja," dengus Kala merotasikan bola mata. Ia menyilangkan kakinya yang terekspos bebas dengan tanpa beban. "Ya kan ini kamar kamu!"
Damian berjalan menghampiri Kala dengan beberapa potong celana di tangan. "Bentar lagi toh bakalan jadi kamar kamu juga," gumamnya pelan yang masih bisa didengar Kala. Membuat rasa hangat menjalar di pipinya dengan cepat.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Art of Becoming Parents
FanficMinho dan Jisung adalah sepasang rekan kerja yang mendadak harus bekerja sama belajar menjadi orang tua demi mempertanggungjawabkan buah dari "kecelakaan" yang mereka perbuat di suatu malam yang panas. Akankah si paling terpaksa-menjadi-pasangan ya...