"Biasanya memasuki trimester kedua, hormon kehamilan sangat mempengaruhi peningkatan gairah seks. Apalagi karena morning sickness yang biasanya terjadi di trimester pertama sudah berkurang. Itu normal. Hormon ini memang membuat gairah seks jadi sedikit enggak terkendali. Seperti perawan yang baru merasakan malam pertama, menginginkan lagi, lagi, dan lagi. Selain itu, seks juga baik sebagai cara menjaga kebugaran ibu hamil, sama seperti yoga dan senam hamil. Mungkin tiga kali seminggu, tapi dilakukan dengan lembut dan posisinya harus diperhatikan."
Dokter kandungan dengan raut ramah dan sorot jenaka itu benar-benar harus bertanggung jawab atas ucapannya. Seakan buta tidak dapat melihat merahnya wajah si kedua calon orang tua, dokter senior itu terus mengoceh tentang seks-aman-selama-kehamilan selama di ruang pemeriksaan tadi.
Bahkan lama setelah mereka keluar dari ruang mencekam itu dan kini sudah sampai di apartemen Kala, kecanggungan itu masih menyertai mereka. Dan jangan tanya bagaimana suram dan canggungnya suasana mobil di perjalanan pulang tadi––mimpi buruk. Tidak ada satupun yang bersuara selain radio dari stereo mobil. Benar-benar perjalanan setengah jam terpanjang dalam hidup Kala.
Kalau bisa ia ingin meminta Hermione Granger meng-obliviate memorinya dari tiga jam yang lalu.
"––Kal, lo pengen?"
Kala tersentak dari lamunannya dan mendelik kaget menatap Damian. "... h-hah?"
"Gue tadi bilang mau order pasta buat makan siang, terus gue tanya, lo pengen? Atau mau yang lain?"
"Oh," Ia dapat merasakan rasa hangat menjalar di pipinya. "Eum ... pasta boleh. Thanks."
"Oke, udah gue pesen."
Kala merutuk dalam hati. Sial, pasti dia termakan sugesti nakal dokter itu hingga isi kepalanya jadi konslet begini.
-o0o-
Rasanya baru kemarin Damian memutuskan 'menginap sementara' di apartemennya. Namun sekarang tiba-tiba dua bulan sudah berjalan––itu artinya kehamilan Kala juga sudah melewati bulan ketiga. Dan selama itu pula Kala sudah terbiasa dengan kehadiran pria itu di kehidupannya.
Selayaknya housemate kebanyakan, tentunya satu-dua cekcok sering kali hadir mewarnai kehidupan mereka. Seperti saat Damian meletakan handuk basah bekas mandi di kasur dan membuatnya lembab, atau saat Damian lupa membersihkan alat cukur dan shaving cream-nya yang berceceran setiap kali selesai bercukur. Membuat Kala mengomel dan menggerutu seperti ibu-ibu yang kesal harga cabai naik.
"Damian jorooook!! Ini diberesin lagi dong!" Kira-kira begitulah gambaran kekesalan Kala yang berapi-api.
Setali tiga uang, Kala juga tak kalah membuat Damian uring-uringan dengan keteledorannya. Seringnya saat Kala kehilangan suatu barang dan heboh mencari di setiap sudut apartemen hingga menyeret Damian dalam kerusuhannya. Juga setiap Kala asal meletakkan sepatu atau barang yang habis ia pakai tidak di tempatnya kembali––sekali waktu Damian pernah tersandung tali tas Kala yang tergeletak begitu saja di lantai.
"Kok bisa kehilangan hape sih, Kal? Coba lo inget-inget terakhir naruhnya di mana? Jangan-jangan ketinggalan di minimarket tadi." Ujarnya saat Kala kelimpungan kehilangan ponselnya yang ternyata tidak sengaja tertinggal di dalam kulkas saat Kala mengambil yoghurt dari sana.
Chaotic.
Tapi secara umum semua baik-baik saja. Mereka bekerja sama cukup baik dalam pembagian pekerjaan rumah tangga. Biasanya mereka mencuci piring bekas makan berdua sembari berbagi cerita tentang hari keduanya. Mengeluhkan pekerjaan, merutuk bos mereka yang perfeksionis, atau menggerutu soal teman sekantor mereka yang menyebalkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Art of Becoming Parents
FanfictionMinho dan Jisung adalah sepasang rekan kerja yang mendadak harus bekerja sama belajar menjadi orang tua demi mempertanggungjawabkan buah dari "kecelakaan" yang mereka perbuat di suatu malam yang panas. Akankah si paling terpaksa-menjadi-pasangan ya...