"Psst ... Kal, gimana? Lo tetep belom ngomong ke Damian?"
Jikala menghela napas mendengar pertanyaan Sydney yang merupakan sahabat, rekan kerja, sekaligus istri atasannya itu. Ia meninggalkan laptop yang menyala dan fokus pada Sydney yang kepalanya menyembul dari bilik kubikelnya dengan lucu. "Kayaknya gue bakal rahasiain aja deh."
Pemuda manis itu mengernyit tak paham dengan jalan pikiran Jikala. Oh, sama, Syd, gue juga nggak paham sama diri gue sendiri.
Pada akhirnya Sydney hanya mengedik bahu santai. "Well, apa yang menurut lo baik aja. Gue cuma bisa dukung apa pun keputusan lo."
"Thanks." Kala tersenyum simpul. "Sekarang masalahnya tinggal gimana caranya ngasih tau orang tua gue. Mungkin gue harus siap-siap namanya dicoret dari KK."
Sydney tergelak kecil seraya mengatakan orang tua Kala tidak akan setega itu. Setelah berpikir sebentar, pemuda itu berkata, "Gue malah lebih khawatir mereka nanyain siapa ayah bayi lo, Kal."
Kala menepuk dahinya sendiri. "Anjir, iya juga! Aduh, Syd, kok lo malah nambah bikin gue kepikiran?!"
Sydney mengedik bahunya lagi. Ia kan hanya mengatakan opsi kemungkinan reaksi orang tua Kala, sekaligus supaya pemuda itu mempersiapkan berbagai kemungkinan jawaban.
Di tengah percakapan mereka, seorang pemuda lain dengan kalung pengenal tertulis Rhys Felix Arlian, Assistant Manager menghampiri keduanya di bilik kerja Kala dengan tangan membawa dua Americano dingin dalam gelas karton.
"Your coffee, boys!"
Kala segera memekik kegirangan menerima kopinya seraya mengucapkan terima kasih. Sydney juga tersenyum senang kopi yang ia tunggu telah tiba.
"Tolong ingatkan gue lagi kalo gue adalah Assistant Manager dan bukannya OB, soalnya seinget gue, beliin-kopi-temen-kantor-yang-males nggak ada di jobdesk gue!" Rhys berkacak pinggang pura-pura kesal––atau kesal betulan (walau cuma sedikit).
"Yeee, namanya juga nitip," balas Kala tak acuh sebelum meminum cairan hitam itu, tak lupa mendesah lega dengan nistanya.
Rhys mengernyit makin kesal. "Lo pikir gue kolom komentar Twitter pas netizen nggak mau kelewat spill gosip terbaru, nitip-nitipan? Kalo Sydney masih okelah, itung-itung gue jilat istri bos siapa tau bonus bulan ini naik. Lah elo?!"
Sydney menggelengkan kepala. Ia sebenarnya tak pernah suka kalau statusnya sebagai istri pemimpin perusahaan dibawa-bawa. Tapi sayangnya ia berteman dengan dua cecunguk ini yang hobi sekali meledeknya. Mau bagaimana lagi.
"Wait!" seru Rhys tiba-tiba dengan mengangkat kedua telapak tangannya, seolah ia baru teringat hal maha penting yang krusial. "Kala minum kopi pait gini, nggak papa, kan? Nggak bahaya buat dedek bayinya?"
Entah bagaimana, justru Rhys lah yang paling antusias dan super protektif mengenai kehamilannya. Kala sebenarnya tidak keberatan dengan itu. Ia senang sahabat-sahabatnya peduli pada ia dan bayinya, tapi terkadang tinggkah mereka bisa sangat berlebihan. Seperti sekarang ini.
Kala memutar bola mata jengah. "Bahaya kalo lo kasih sianida, alias please deh, Rhys, gue cuma hamil bukannya asam lambung. Ya nggak papa, lah!"
"Kan gue nggak mau Lilo Kenapa-napa!" balas Rhys ikut sewot.
"Awww ... Uncle Rhysie so sweet," ledek Jikala.
Rhys mendelik kesal. "Bitch, shut up. Gue nggak mungkin sepenuhnya percaya Lilo aman di perut orang serampangan dan ceroboh kayak lo."
Kala berdiri menghadap Rhys dan berkacak pinggang tak terima. "Ngaca ya, Anda. Lo juga serampangan kali! Dan jauh, JAUH, lebih ceroboh daripada gue!"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Art of Becoming Parents
FanfictionMinho dan Jisung adalah sepasang rekan kerja yang mendadak harus bekerja sama belajar menjadi orang tua demi mempertanggungjawabkan buah dari "kecelakaan" yang mereka perbuat di suatu malam yang panas. Akankah si paling terpaksa-menjadi-pasangan ya...