⚠️🔞⚠️
Bisa jadi Kala sedang bermimpi, makanya ia berani bertindak segila ini. Atau mungkin ia memang sudah gila betulan. Entahlah, ia juga tidak peduli.
Gerakan memijat Damian di kakinya terhenti. Pria itu balas menatap Kala dengan cara yang sama; seperti orang tidur seribu tahun yang terbangun kelaparan, lalu melihat full English breakfast di hadapannya. Membuat Kala gerah, merah.
"Kal ...," panggil Damian rendah, "gue mau mengajukan penawaran."
Bahasa bisnis yang mereka pakai rupanya masih berlaku hingga kini; penawaran, proposal kerja sama, kesepakatan. Kala tidak bilang ia membenci itu.
Yang lebih muda menahan napas dan menggigit bibir ranumnya tanpa sadar. "... ya?"
Damian menurunkan kaki Kala dan mendekatkan diri, membunuh jarak mereka. Kala dapat merasakan mint segar saat embusan napas Damian menyapa kulit pipinya. Ia meremang.
"Soal kata dokter tadi ...," Damian meneguk ludah kasar saat matanya menyusuri wajah Kala. "Look, I know you always have a dynamic sex life before this. Dan ditambah hormon kehamilan lo itu. I know that––" napas pria itu sedikit terengah, "––it's must be hard for you kalau lo nggak bisa melampiaskan gairah itu––ya, Tuhan, pemilihan kata gue. Maaf, itu kedengaran sangat nggak sopan." Damian memejamkan mata frustasi dengan pipi yang sudah benar-benar merona.
Kala memiringkan kepala dan tersenyum gemas, menikmati kegagapan Damian yang lucu. Mengingatkan ia saat Damian pertama kali menanyainya pasal kehamilannya dulu.
"Lanjutin," titahnya seperti seorang ratu. "Gue juga bukan orang yang sopan-sopan amat."
Damian meneguk salivanya kasar. "Intinya, Jikala, kayak yang dulu gue bilang, lo bisa pake gue buat benerin pipa bocor atau ganti bola lampu ... well, now you also could use me––maksud gue, Kal, I don't mind ... buat jadi––respectfully––t-tempat pelampiasan hormon lo. Only if you allow it."
Damian masih sempat memejamkan mata––"God, please forgive me,"––dan mendesis meminta ampunan pada Tuhan.
Pria itu kembali menatap Kala dengan frustasi hampir memelas. "I-ini mungkin kedengaran kayak gue cari kesempatan, but I won't do anything without your consent, I promise."
Kala terpana sesaat lamanya. Sebelum kemudian ia mengusap pelan pipi Damian. "You offered me sex," bisiknya tersenyum tipis.
Dan Damian memaparkannya dengan cara paling menggemaskan yang bisa Kala bayangkan. "Semua preamble panjang lo tadi, intinya adalah lo menawarkan seks buat melapiaskan hormon gue."
Alih-alih mengiyakan atau menolak penawaran itu dengan cara verbal yang bermartabat khas bahasa bisnis mereka, Kala justru beranjak untuk duduk di pangkuan Damian. Keterkejutan di mata pria itu hanya singgah singkat. Damian sigap mengalingkarkan lengannya di pinggang Kala. Kini kedua tungkai ramping pemuda itu mengapit kanan - kiri tubuh yang lebih tua.
"Is that a 'yes'?" desis Damian rendah.
Kala hanya tersenyum samar. Obsidian cokelatnya menyapa Damian sayu dengan tatapan menunggu, penuh hasrat.
Seakan tersihir, Damian terus mengikis jarak wajah mereka. Matanya terpaku pada bibir ranum merakah Kala yang sedikit terbuka.
"You could always stop me, anytime," bisik Damian lembut di atas bibirnya. Ia membuat segalanya perlahan, tidak terburu-buru. Seakan menunggu reaksi Kala, sedikit saja si manis menunjukkan keengganan atau ketidaknyamanan, maka Damian akan berhenti saat itu juga.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Art of Becoming Parents
FanficMinho dan Jisung adalah sepasang rekan kerja yang mendadak harus bekerja sama belajar menjadi orang tua demi mempertanggungjawabkan buah dari "kecelakaan" yang mereka perbuat di suatu malam yang panas. Akankah si paling terpaksa-menjadi-pasangan ya...