spin off : our dailies

352 47 4
                                    

Note : setiap cerita dengan italic menunjukkan flashback, dengan sudut pandang orang ketiga.

Happy reading!

Mahen's point of view 👀

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mahen's point of view 👀

Selamat datang di episode spesial part 1.


Kali ini, aku, Mahen, akan mengambil alih penulis, soalnya dia lagi sibuk main game. Gatau deh game apaan.


Kali ini, aku akan menceritakan kegiatan sehari-hari aku dan kesepuluh kakakku selama kami tinggal di Bogor, lebih tepatnya di rumah hunian kami.


Kita juga punya panggilan khusus, loh! Penasaran nggak?



Suatu hari, seluruh penghuni rumah sedang kerja bakti.

Di ruang keluarga, kita dapat melihat Leon, Sella, Lisa, dan Rara dengan pekerjaannya masing-masing. Tak jauh dari situ, ada Mahen dan Tristan yang mendapat tugas di dapur.

"Kita nggak ada sebutan apa gitu guys?"

"Maksud lo?" Sella bertanya balik pada Leon yang lagi asyik mengelap ventilasi (soalnya dia doang yang tingginya nyampe tanpa harus pake kursi).

"Ya buat kita ini lah, masa udah tinggal lebih dari dua minggu tapi nggak ada nama kerennya?"


Lisa yang sedang asyik mengepel, tiba-tiba memperoleh ide.

"Fans-fans Lisa!"


PLAK!

"Fans oppa Kim lebih mantul," ujar Rara, di belakangnya Lisa sedang mengaduh karena Rara memukul lengannya.


Leon menepuk jidatnya.

"Yang ada anggotanya elo berdua doang," ledek Sella, "yang masuk akal dikit nggak ada, gitu?"


Tiba-tiba, Windi datang sambil mengenggam ponsel. "Guys! Rumah kita tuh nomor berapa, ya? Mau isi data diri nih."

"Delapan Win," jawab Sella. "Lo isi biodata buat apa?"

"Buat bikin akun. Oke makasih, bye!" Windi berlalu.


Hening.


"Jadinya namanya apa guys?" Mahen menyahut dari dapur. "Gue nyimak nih daritadi!"

Train To Bogor (republished)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang