"Permisi."
"Siapa nama lo?" tanya Tristan tanpa basa-basi.
"Untuk apa anda tahu nama saya?" tanya balik pemuda itu. "Saya hanya ingin mengembalikan NSP pada nona ini." tangan putihnya mengulurkan Woki dari celana. Sementara itu, Alvaro memicingkan matanya, nampak tak asing dengan orang itu.
"Lo...bukannya asisten masinis yang tadi ya?"
"Lo Hanan yang tadi nahan temen gue kan?"
Tiba-tiba, Sella juga menyahut. Secara refleks, Alvaro dan Sella saling memandang, menunjuk satu sama lain.
"Lo tau juga?"
"Dia mah asisten masinis dari kereta gue. Nah elo, kenalnya dari mana?" balas Alvaro tak kalah bingung.
Sementara itu, Hanan, tidak peduli dengan Alvaro dan Sella sama sekali, malah ia memilih untuk mendekati Nami.
"Maaf, tadi ini punya anda kan?"
"I-iya." dengan ragu, Nami menerima Woki miliknya.
"Kok lo nggak pake baju masinis sih?" tanya Sella curiga.
Pemuda itu menatap Sella intens.
"Oh, anda temannya nona ini yang tadi teriak-teriak itu ya? Bapak petugas yang tadi bersama saya bilang suara anda sangat tidak enak untuk didengar."
"APA?!"
"Oy, calm down sis." Mahen menenangkan. "Emang lo siapa sih aslinya? Asisten masinis? Kok bajunya beda?"
Alih-alih menjawab Mahen, pemuda itu malah bertanya.
"Boleh saya gabung sama kalian?"
"Josephine Marcella,"
"Jiran Anjani,"
"Mahen, nama lengkap lo siapa?" tanya Jira.
"Tulis aja Mahendra,"
"Oke, tulis aja Mahendra," Jira melanjutkan tulisannya. "Tristan Alvaro, Tristan Ramadhan, Leon Aditya, Namira Kusumawardani, Marisa Lalisa, emm...tadi yang masinis namanya siapa ya?" tanya Jira.
KAMU SEDANG MEMBACA
Train To Bogor (republished)
Mystery / ThrillerApakah jalan cerita ini sama dengan Train to Busan? BIG NO. Dimulai dari stasiun besar yang sangat terkenal di ibukota, stasiun Manggarai. Lalu, semuanya berlanjut hingga di kota Bogor. Apa yang dapat kalian bayangkan ketika stasiun Manggarai adalah...