fifteen : Puncak

2.1K 277 34
                                    

"Hilang!!!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Hilang!!!"


"Guys, HILANG!"



"Hilaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa—"

"BERISIIIIIIIK! MAHENDRA BACOOOOOOOT!"

Teriakan yang terakhir, itu suara Sella. Perempuan itu benar-benar merasa terganggu karena pagi-pagi buta, Mahen sudah mengelilingi rumah sambil meneriakkan kata'Hilang'.



"APAAN SIH YANG HILANG? CELANA DALEM LO?!?!"

Yang itu suara Alvaro.

"Iya—EH TAPI BUKAN ITUUUUUUUU!!"

"YA TERUS APA WOY YANG ILANG?!"



"KAK JIRA HILANG!!!!! HUAAAAA!!!!"

"HILANG?!"

Abaikan celana dalam Mahen yang hilang. Berkat perkataannya, dia sukses membuat semua penghuni rumah muncul dari balik pintu dengan mulut yang menganga.

"KOK BISA?!?!"


Sekali lagi, berkat teriakannya itu, mendadak squad rumah delapan sudah berkumpul di ruang tengah pada pukul enam tepat.

"Hoahm...gimana bisa hilang?" Leon menguap, terlihat masih setengah sadar.

"Lagi lari pagi kali," timpal Alvaro.



DUARRR



"Lo nggak denger? Di luar hujan." bantah Sella, disambangi oleh suara petir yang menggelegar. Lalu, gadis itu kembali memfokuskan diri pada cowok di sampingnya.

"Jadi, Mahen?"

"Eh? Sorry." Mahen menyeka air matanya.

"Semalem..."


Flashback

Waktu tengah menunjukkan hampir pukul sebelas malam. Mahen sedang rebahan sambil bermain game di gawainya. Pemuda itu belum mengantuk, ia terbiasa untuk tidur paling cepat jam 12 malam.

Mahen melirik sofa. Abangnya, Alvaro, sudah tampak pulas dengan topi yang menutupi wajahnya. Pria muda itu menggelengkan kepala. Kasihan, Alvaro harus tidur di sofa lagi karena Hanan yang sudah terlelap, seperti bintang laut kesurupan, di atas kasurnya.

Train To Bogor (republished)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang