one : Airin

5.8K 654 31
                                    

yukyuk diramein versi republishednya!

yukyuk diramein versi republishednya!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Telolet telolet

Telolet telolet

Telolet telo—


BRAK!


"BERISIK!!!" teriak seorang perempuan muda sambil membanting gawai seharga lima juta tersebut. Beruntung ia hanya membantingnya di kasur sehingga tidak pecah.

Setelah memastikan dering ponsel itu berhenti, ia kembali merebahkan badannya di kasur dengan posisi tengkurap.


Telolet telolet


"Aish! Siapa sih?!" dengan malas-malasan, gadis itu meraih ponsel dan melihat nama yang meneleponnya.

Airin is calling...

"Huh? Tumben?" gadis itu mengernyit dengan wajah bantalnya. "Halo?"

"..."

"Eh, lo di mana kak?" matanya seketika melebar setelah mendengar suara dari seberang.

"..."

"Oke. Gue bentar lagi on the way, bawain bubur ayam mau?"

"Sip, tunggu satu jam lagi ya." setelah mematikan ponselnya, ia langsung bangkit dari tempat tidur dan beranjak ke kamar mandi. Hanya butuh 15 menit dan 10 menit berpakaian, kini gadis itu sedang menyisir rambut hitamnya. Ia meraih ponsel dan ransel kecilnya yang sudah memuat dompet, sabun cuci muka dan alat make up sederhana yang selalu stand by di dalamnya, lalu keluar dari kamar tidurnya. Setelah menuruni tangga, ia mendapati ruang keluarga yang penuh dengan makanan ringan.

Ck, dasar Hasan mageran. Gadis itu mencibir dalam hati.

"San, gue keluar!" serunya ke arah dapur.

"Pergi ke mana?" balas Hasan, adik dari gadis itu yang sedang berkutat di dapur.

"Kak Airin sakit. Dia sendirian di rumah, orang tuanya lagi honeymoon," jawabnya asal sambil mengambil sepotong roti di meja makan. "Kalo udah mau berangkat kuliah, jangan lupa makanan sisa di ruang tengah kamu bersihin."

Hasan membuat gerakan hormat. "Siap 86!"

"Sip, dah lanjutin sana cuci piringnya," tukasnya sambil menepuk punggung adiknya, "bye!"

"Yaaaaa..."

"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Train To Bogor (republished)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang