"Hah? Stasiun Manggarai?"
"Iya mbak—"
"Eh kucing!!" Jira hampir saja meloncat di atas tempat tidurnya saat sudah ada sosok dokter di sebelah kirinya. Teriakannya hampir membuat seluruh pasien menatap ke arahnya.
"Huft~" Jira mengurut dadanya.
Sang dokter hanya terkekeh melihat gerak-gerik gadis itu.
"Nona Jira, tenang saja. Anda belum mati. Kita sekarang berada di ruang evakuasi di stasiun Manggarai."
"Sejak kapan Manggarai ada ruang evakuasinya?"
"Mungkin kamu belum tahu apa yang terjadi sebenarnya. Lebih baik kamu istirahat dulu. Nanti sore kalian akan saya kumpulkan di aula untuk pengumuman singkat. Saya permisi," jelas dokter itu lalu berlalu pergi.
Sella dan Jira hanya menatap kepergian dokter itu dengan tatapan yang tidak dapat diartikan.
"Jadi?"
"Jadi? Kita makan dulu." ajak Sella.
Sella dan Jira sama-sama meninggalkan ruang evakuasi, berpindah tempat pada area yang katanya adalah "kantin". Padahal, sejauh pengalaman Jira di stasiun Manggarai, ia belum pernah melihat keberadaan kantin tersebut.
Akhirnya, mereka tiba di kantin.
Tempat itu cukup ramai. Mereka dapat melihat setiap kedai yang ramai oleh manusia yang sedang mengambil makanan. Meja dan kursi bahkan tidak cukup untuk menampung mereka semua, Jira dan Sella dapat melihat beberapa keluarga yang makan di lantai.
"Rame ya..." Jira melirih.
"Iya. Ada yang makan di aula juga," sambung Sella tanpa diminta.
"Lo mau makan apa?"
"Terserah deh," Jira celingak celinguk, rupanya sedang mencari kursi yang kosong.
"Nah, dapet!" desisnya. "Ya udah sana, gue mau ke tempat duduk yang kosong itu."
Jira dan Sella pun berpisah. Jira menghampiri kursi yang baru saja ditinggal oleh penghuni terakhirnya, dan ia sangat beruntung karena meja itu tepat diciptakan untuk dua orang. Sella pun kembali tak lama kemudian dengan membawa dua sup hangat.
"Nih," ujar gadis itu. "Porsinya emang nggak banyak, takut kehabisan persediaan soalnya."
Jira hanya mengangguk, ia langsung mengambil suapan pertamanya. Baginya, tidak penting meskipun porsinya hanya sedikit. Gadis itu sudah sangat lapar.
Tidak perlu menunggu lima menit, Jira sudah menghabiskan supnya. Berbeda dengan Sella yang masih menyisakan setengah porsi. Jira meneguk segelas air hangat disampingnya dan menunggu Sella yang masih makan.
Sella yang merasa diperhatikan, menghentikan makannya sejenak.
"Lo ngapain natap gue gitu?"
Jira hanya diam dan menatap Sella datar. Dari tatapan matanya, hal yang Sella tangkap adalah "Tolong jelasin gue semuanya."
Sella hanya menghela napas berat lalu melanjutkan makannya. "Tunggu gue makan dulu. Gue laper,"
Lima menit setelahnya, sup milik Sella sudah habis. Gadis itu pun menghabiskan air yang tersisa di gelasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Train To Bogor (republished)
Mystery / ThrillerApakah jalan cerita ini sama dengan Train to Busan? BIG NO. Dimulai dari stasiun besar yang sangat terkenal di ibukota, stasiun Manggarai. Lalu, semuanya berlanjut hingga di kota Bogor. Apa yang dapat kalian bayangkan ketika stasiun Manggarai adalah...