Jaemin berjalan keluar dari kelas bersama Haechan, dia melewati lorong sekolah yang sudah lengang. Tiba-tiba langkah kakinya berubah perlahan kala Haechan sudah terlebih dahulu berbelok, atensinya kemudian terpusat pada Diera yang sedang beringsut dari loker sambil mengeluarkan kertas-kertas lecek.
Jaemin berjalan mendekat, tanpa sengaja kala Diera berbalik sontak tubuh gadis itu menabrak dada bidangnya. Kertas-kertas lecek itu berjatuhan ke lantai, segera Jaemin membantu Diera yang tampak begitu tak tenang kala kertas itu mulai berhambur.
Awalnya Jaemin kira Diera sedang membersihkan lokernya dari tumpukan kertas-kertas berisi soal dan jawaban yang memang sudah tidak diperlukan lagi. Tapi setelah Jaemin membuka salah satu lembar dari belasan kertas lecek itu, dia menemukan beberapa kalimat menyakitkan yang memang ditujukan untuk Diera.
Jaemin menatap Diera cukup dalam, ketika Diera masih sibuk memungut kertas-kertas itu, nyaris tak berkedip. Sebenarnya, apa salah Diera hingga seluruh—ralat, maksudnya sebagian dari semesta membencinya?
"Siapa yang masukin kertas-kertas ini ke dalam loker lo?"
Jaemin mengulurkan kertas berisi tulisan; Im Diera layak untuk mati. Kalimat yang sangat menyakitkan, bahkan mampu untuk meruntuhkan mental seseorang.
Diera tidak langsung menjawab, menatap Jaemin saja tidak. Dia langsung menarik kertas itu dari tangan Jaemin dan merobeknya menjadi beberapa bagian. Diera beranjak dari sana, berlari menuju ke arah tong sampah yang letaknya tidak jauh dari posisi lokernya berada.
"Im Diera, jawab gue."
Diera masih membelakangi Jaemin dengan kedua tangan masih membawa kertas-kertas lecek bertulis kalimat sialan itu, dia menghela napas panjang kemudian terlihat pundaknya merosot sedih.
"Aku tidak tau."
Jaemin berjalan mendekat. Apa yang dia temukan selanjutnya membuat hatinya nyeri. Diera yang selalu tersenyum terlihat begitu rapuh, kedua tangan mungil itu meremat kuat seluruh kertas yang masih belum masuk ke dalam tong sampah.
Jaemin melihat kedua mata itu berkaca-kaca, meskipun akhirnya Diera menundukkan kepala untuk menutup seluruh sedihnya. Kemudian Diera memasukkan kertas-kertas itu ke dalam tong sampah, sebelum Diera berlalu dari sana Jaemin sudah mencekal tangannya terlebih dahulu.
Entah itu memang sebuah kebetulan karena suasana hati Diera sedang campur aduk atau justru Diera mau Jaemin menjadi orang pertama yang ada untuk temani sedihnya, gadis itu memeluk Jaemin begitu erat, tak membiarkan lepas. Tubuh mungilnya bergetar, Diera terisak dalam dekapan Jaemin.
Diera tidak pernah bersandar pada siapa pun, termasuk pada ke tiga sahabatnya. Dia tidak pernah menunjukan seluruh perasaan sedihnya yang selama ini selalu dia simpan sendirian. Diera berusaha keras untuk menunjukkan senyum termanis yang dia punya untuk semesta, meskipun semesta masih memperlakukannya dengan semena-mena.
Im Diera hanya takut apabila banyak orang mengetahui dia versi lain, versi yang tidak pernah Diera tunjukan kepada seluruh orang-orang disekitarnya, dia benar-benar berbeda dengan apa yang mereka lihat selama ini. Untuk saat ini Jaemin adalah orang pertama yang mengetahuinya.
Diera sudah seruntuh itu.
Lantas, Jaemin membalas pelukan Diera.
"Enggak perlu pura-pura kuat kalau lo emang enggak kuat."
"Na, k-kamu jangan pergi. A-aku tidak ingin sendirian, cukup kamu bukan mereka." Suara Diera terdengar bergetar.
Jaemin melepas pelukannya, dia menangkup kedua pipi basah Diera. Wajah cantiknya terlihat sembab, air mata itu menggenang pada sudut pelupuk matanya, lalu tumpah.
![](https://img.wattpad.com/cover/295113143-288-k428085.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
[Njm] OUR PAGE || Sudah Terbit✓
Fanfiction[ALANGKAH BAIKNYA FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA<3] _____________________________________________________ SUDAH TERBIT DAN PART MASIH LENGKAP~ INFO PEMESANAN MELALUI DM ATAU MELALUI WHATSAPP YANG ADA PADA PAMFLET DI BAGIAN AKHIR BAB CERITA^^ __________...