Page 09

19 11 0
                                    

Sedari tadi Na Jaemin tidak dapat berpikir mengenai isi kepala Ningning. Sudah Jaemin minta pada gadis itu agar pulang, tapi Ningning masih mengikuti langkahnya hingga sampai ke rumah. Mau tidak mau, Jaemin terpaksa mengindahkan kehadiran Ningning karena permintaan Bunda Yoona dan Ayah Changmin.

Minimal jika memang ditakdirkan untuk melukai, tidak perlu kembali datang menawarkan obat untuk menyembuhkan.

"Bang, anterin gue beli chapssaltteok." Minju menyembul dari balik pintu kamar. Mendengar itu membuat Jaemin menjengkit bangkit, setidaknya Minju berhasil menyelamatkannya dari situasi ini.

"Aku ikut." Ningning mengikuti pergerakan Jaemin.

"Lo, tuh, enggak diajak!"

Ningning tersenyum canggung. "Aku beli seluruh rasa chapssaltteok buat kamu, mau?"

"Enggak perlu! Gue sudah kaya dari lahir."

"Minju, kamu enggak boleh gitu," sahut Bunda Yoona.

Na Jaemin begitu gemas dengan tingkah Si Bungsu, tak mengindahkan Bunda Yoona justru Kim Minju membawanya menuju halaman rumah. Meski terkadang menjadi adik yang sangat menyebalkan, Minju selalu dapat berubah menjadi adik kecil yang mampu memahami perasaannya.

Hal-hal sederhana seperti ini mengingatkan Jaemin pada momen masa kecil mereka, Jaemin geli membayangkan Minju kecil yang begitu polos sekaligus manis kepadanya, namun semenjak mereka beranjak dewasa Minju berubah menyebalkan padanya. Mungkin Na Jaemin akan merasa sangat kesepian ketika Minju pergi dari hidupnya, di mana pasti ada masa untuk Minju dipertemukan dengan laki-laki yang tepat kemudian mereka menikah, meninggalkan Jaemin sendirian di rumah, bahkan tak lagi menciptakan keributan di pagi hari.

🪐🪐🪐

Na Jaemin membiarkan Minju masuk sendirian ke dalam kedai. Ada satu hal yang membuat Jaemin tidak ingin melangkahkan kakinya ke dalam sana setelah dia menemukan Diera tengah tertawa lepas bersama mantan kekasihnya, Lee Jeno.

Katakan saja jika Jaemin tidak ingin melihat pemandangan itu sebab dia merasa tidak suka. Benarkah Jaemin dapat jantuh cinta secepat itu setelah hubungan panjangnya dengan Ning Yizhuo berakhir? Atau setelah mengenal Diera, dia ingin menjadikan kehadiran gadis Im itu sebagai pelariannya saja?

Tidak. Jaemin bukan laki-laki pengecut.

Jaemin telah berani meninggalkan apa yang sudah membuatnya patah, Jaemin cukup ingin melupakan hal yang tidak lagi membuatnya tak berarti. Namun, apa yang disebut manusia tidak dapat menjadi obat untuk sebuah luka, secara bersamaan Diera mampu membuatnya jatuh cinta sekaligus kecewa.

"Jaemin?"

Jaemin yang sedari tadi memainkan ponselnya dengan perlahan mendongakkan kepala. Jang Hannah berdiri di hadapannya dengan membawa dua bingkisan kecil. "Lo di sini? Kenapa enggak masuk saja ke dalam? Ada Diera."

Jaemin mengulum bibir. "Gue sedang antar Minju beli chapssaltteok, sih, enggak lama juga."

"Mau gue temenin masuk? Sekalian antar obat punya Diera."

Obat? Diera sakit? Apa ini termasuk alasan Diera terlihat buru-buru untuk pergi ke rumah sakit tadi siang?

"Diera sakit?"

Jang Hannah tersenyum canggung. Gelagatnya terlihat seolah dia mengatakan hal yang salah. "E-enggak, i-ini titipan. Gue masuk dulu." Hannah melengos pergi, masuk ke dalam kedai begitu saja, layaknya sedang menyembunyikan sesuatu dari Jaemin.

Jaemin menolehkan kepalanya, Minju sudah berdiri di sampingnya, membawa sebuah bingkisan yang tidak hanya berisi satu chapssaltteok melainkan lima sampai tujuh makanan yang terbuat dari beras ketan itu.

[Njm] OUR PAGE || Sudah Terbit✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang