Page 23

8 7 0
                                    

"Sudah seharusnya lo enggak usah datang ke sini!" Winter beranjak dari duduknya, kemudian mendekat ke arah Diera yang masih berdiri di samping Yoshi.

"Ngerusak suasana lo!" Winter mendorong bahu Diera, mendapat perlakuan seperti itu, gadis Im masih saja tetap bergeming di tempatnya.

"Di mana-mana, perebut cowok orang kayak lo hobinya memang bisa merusak suasana, ya?"

"Winter!" Yoshi menarik lengan Winter agar gadis bertubuh ramping itu sedikit berjarak dengan Diera. "Lo di kantor polisi, jangan buat keributan."

Winter menepis tangan Yoshi. "Muak gue sama lo!"

Ucapan sarkas yang keluar dari mulut Winter ditujukan untuk Diera. Setelah mengatakan itu, Winter memilih keluar dari ruang besuk, bahunya menyodok bahu Diera cukup kasar ketika langkah itu dibuat.

Diera mulai berjongkok, mengambil beberapa chapssaltteok yang tergeletak di lantai. Meski sudah diperlakukan seperti itu, entah mengapa Diera tak memiliki keinginan untuk pergi, padahal sudah banyak hal yang berantakan, tapi Diera seolah berusaha untuk merapikan semuanya sendirian.

"Diera-ssi ...." panggil Yoshi, laki-laki itu kembali diam ketika Diera meresponsnya dengan senyum simpul.

Kanemoto Yoshinori, dia benar-benar dibuat bingung dengan sosok Diera. Sebenarnya terbuat dari apa hati gadis ini?

Im Diera seolah terbiasa untuk menjadikan dirinya sebagai seorang penyelam handal yang berusaha menyelamatkan banyak orang ketika tenggelam, meski tanpa sadar hal itu membuat Diera semakin tertarik ke dasar.

Lambaian tangan yang menandakan jika dia tidak pernah kuat untuk bertahan tak pernah dilihat oleh banyak orang, tak banyak orang yang memperhatikan, mereka mengabaikan karena memang tak ingin turut tenggelam.

"Aku minta maaf baru datang kemari." Diera mulai bangkit, kedua tangannya masih sibuk ia gunakan membawa beberapa chapssaltteok. "Aku tidak tahu apa yang membuat kamu—"

Asahi memalingkan wajah. "Gue begini gara-gara lo!"

Diera menatap rendah.

"Apa kata lo? Maaf?" Asahi berdecih. "Gue pernah mengucapkan kata itu, tapi sama sekali enggak ada nilainya buat lo. Sudah banyak hari-hari yang gue lewati tanpa lo, dan ternyata gue berhasil."

"Asahi," panggil Diera pelan.

Entah mengapa ucapan Asahi semakin membuat hati Diera semakin teriris, seolah Diera-lah yang menanam luka pada hati Asahi sejauh ini. Padahal tanpa disadari, keduanya sama-sama menaburkan benih luka pada hati masing-masing.

Tidak hanya hati Diera yang sakit kala mendengarnya, air mata yang sebelumnya tak pernah terbendung perlahan mulai menetes. Dengan segera Diera menundukkan kepala, tak ingin Yoshi atau Asahi mengetahui jika dia sedang menangis.

Menyadari Diera yang diam, Asahi menoleh. "Mending berhubungan sama narkoba dari pada sama lo. Lo tahu, gue bisa bahagia tanpa ada lo di sisi gue."

"A-aku dulu pernah me-mengatakan jika kita berbeda, t-tapi kamu justru mengatakan bahwa perbedaan yang akan menyatukan."

Diera mengabaikan segalanya, termasuk seluruh rasa sakit yang dia punya, tapi kali ini dia tidak dapat melakukannya lagi.

Yoshi menyadari tubuh Diera yang bergetar, laki-laki berambut merah menyala itu memutuskan beranjak dari duduknya dan berjalan mendekat ke arah gadis Im.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
[Njm] OUR PAGE || Sudah Terbit✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang