Pagi ini saat mata pelajaran olahraga akan dimulai, Na Jaemin tak menemukan kehadiran Diera. Dia hanya menemukan Jang Hannah yang tengah asyik mengobrol bersama teman-teman sekelasnya di tepi lapangan.
Masih ada sepuluh menit lagi sebelum guru olahraga tiba, Jaemin yang sedari tadi sedang menatap teman-teman kelasnya bermain sepak bola dari lantai atas, memutuskan untuk melenggang pergi dari sana.
Kakinya terus melangkah membawanya pergi, entah ke mana tujuannya. Apa yang ada di dalam kepalanya sekarang hanya ada nama Im Diera.
Saat melewati kelas Diera, Jaemin memberhentikan langkah. Dia menemukan seorang gadis yang sedang meletakkan kepalanya pada lipatan tangan di atas meja. Rambut lurusnya dibiarkan terurai, menutup sebagian wajahnya—sendirian. Tidak perlu mengamati terlalu lama, Na Jaemin sudah tahu jika itu kekasihnya.
Lantas Na Jaemin melangkah masuk. Duduk pada kursi kosong yang ada di samping kanan Diera. Jemarinya menyisipkan anak-anak rambut Diera ke belakang telinga, hingga gadis itu sedikit tersentak kala merasa ada seseorang di sampingnya, sontak Diera membuka mata kemudian mendongak.
"Nana, kenapa di sini?"
Tidak menjawab pertanyaan Diera, Na Jaemin malah bertanya.
"Itu kenapa sembab?"
Diam, hingga selang beberapa menit lamanya pertanyaan Jaemin tak dijawab oleh Diera.
"Kamu habis nangis?"
Perasaan Jaemin tercampur aduk kala gadisnya itu hanya tersenyum canggung lalu ... menggeleng. Seperti kebiasaan Diera setiap kali tengah terluka, dia hanya melakukan itu sebagai jawaban, hal seperti itu sudah dimengerti oleh Jaemin.
Im Diera memang tidak seperti ribuan gadis yang pernah Jaemin temui di luar sana, dia gadis yang kuat sekaligus rapuh secara bersamaan. Ketahuilah Diera tidak pandai untuk berbohong, berpura-pura kuat dia gunakan sebagai cover padahal dia tidak bisa dikatakan terlalu rapuh, dia jauh lebih dari kata rapuh.
"Aku semalam tidak tidur, aku mengerjakan tugas," jawab Diera akhirnya.
Bohong! Jaemin tahu bahwa Im Diera tengah berbohong.
Baru saja ingin bertanya lagi, Na Jaemin dikejutkan dengan Diera yang tiba-tiba memeluknya. Tanpa ragu, dia segera membalas. Mengusap pelan puncak kepala gadisnya.
"Kamu ingat janji kamu? Kamu enggak boleh sedih lagi."
"Aku tidak sedih, Na."
"Im Diera." Diera mendongak, menatap lekat wajah Jaemin-nya yang juga tengah menatapnya lamat-lamat. Wajah mereka sangat dekat, bahkan hembusan napas hangat itu dapat keduanya rasakan.
"Hidup itu seperti kumpulan cerita dengan objek paling nyata."
Mata sendu Diera terpejam kala Jaemin kembali mengusap puncak rambutnya. "Kamu bisa sepenuhnya merasakan bahagia, pedih, luka, tawa, sampai amarah. Kamu punya aku, enggak seharusnya kamu pendam sendiri, rasain sendiri. Selama ini kamu pura-pura coba untuk menerima banyak rasa sakit, mencoba untuk tetap baik-baik saja padahal kamu enggak bisa."
"Aku ingin bercerita banyak, hanya aku butuh waktu."
"Aku bakal tunggu sampai kamu siap." Na Jaemin menghela kala Diera melepas pelukannya. "Jangan nangis lagi, kamu makin jelek kalau nangis."
Mendengkus, Diera membuang muka. Membuat Jaemin terkekeh. "Enggak-enggak, tetap cantik kok."
🪐🪐🪐
Jaemin, Haechan dan Minju masih berkutat dengan makanannya, refleks ketiga remaja yang berada di satu meja itu menoleh ke arah yang sama ketika mendengar beberapa murid perempuan berlari dari arah yang sama sembari meneriaki nama Shuhua—Jaemin hanya mengenal Hannah sebagai salah satunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[Njm] OUR PAGE || Sudah Terbit✓
Fanfiction[ALANGKAH BAIKNYA FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA<3] _____________________________________________________ SUDAH TERBIT DAN PART MASIH LENGKAP~ INFO PEMESANAN MELALUI DM ATAU MELALUI WHATSAPP YANG ADA PADA PAMFLET DI BAGIAN AKHIR BAB CERITA^^ __________...