Page 16

12 11 0
                                    

"Bang masak apa?"

Minju mematikan blender, perlahan menuang jus stroberi dengan campuran susu itu ke dalam sebuah gelas kaca bening. Jaemin yang tengah sibuk dengan pasta kacang kedelai memutuskan untuk menoleh, menatap Minju yang kini sudah beralih membuat secangkir cokelat hangat untuknya.

Jangan lupakan Na Jaemin yang tidak begitu menyukai segala makanan atau minuman berbahan stroberi.

"Sarapan kita kayak menu semalam."

Jaemin menghela, sebenarnya dia bisa memasak kimchi atau bulgogi. Namun karena Jaemin bangun terlalu siang—walau tidak begitu siang, dia lebih memilih untuk memasak makanan instan. Jangan tanyakan apa alasannya bangun terlambat, sudah pasti itu karena Asahi semalam.

"Enggak apa, lagian masakan lo selalu enak, kok."

"Sudah selesai?" Minju sudah berdiri di sampingnya, Si Bungsu itu mengangguk, tangannya bergerak untuk membereskan peralatan dapur yang baru saja digunakan oleh Si Sulung.

"Dua jajangmyeon?"

Jaemin mengangguk. "Mau bawa bekal?"

"Enggak, barangkali cowok itu dimasakin sekalian."

"Enak saja! Gue bukan babunya."

"Anjing! Ini siapa pagi-pagi buat jus storberi! Sial banget gue!" Suara teriakan dari arah ruang tengah membuat Na Jaemin dan Kim Minju kompak menoleh, rupanya Asahi sudah terbangun dari tidur nyenyaknya.

Asahi berjalan sempoyongan. Mengamuk tidak jelas karena aroma stroberi yang membuatnya mual, dia menatap setiap sudut ruangan yang menurutnya cukup asing, berusaha untuk mengingat bagaimana dia bisa berada di dalam rumah mewah ini semalam. Benaknya dipaksa berputar untuk mencoba mengingat awal kala dia berada di sebuah kelab malam dan memutuskan untuk pergi setelah menenggak enam botol Soju.

"Lo, tuh! sudah numpang malah marah-marah! Untung abang gue tolongin lo sebelum lo minum racun tikus!" Minju menggerutu sembari berjalan mendekat ke arah meja makan, membawa dua mangkuk jajangmyeon.

"Racun?"

"Lo mau bunuh diri di depan rumah gur semalam, kalau abang gue enggak tolongin, lo sudah sekarat. Bahkan bisa saja tubuh lo itu sudah di bawah tanah!"

"Ngaco!"

"Sudah! Lo pergi sana, cari ribut mulu!" sahut Jaemin dari arah dapur.

Asahi tercekat, bukankah itu Na Jaemin?

🪐🪐🪐

"Hannah belum datang?" Diera menggeleng. Tumben sekali Hannah belum menunjukkan batang hidungnya, padahal selama bersahabat dengan Hannah, Diera tahu betul jika Hannah memiliki kebiasaan untuk berangkat pagi

"Aku juga berpikir seperti itu," jawab Diera

"Gimana, lo enggak diganggu sama Jennie saat lo kerja?"

"Semalam, Jennie sudah minta maaf."

Perihal berita Jennie dan Felix yang dikeluarkan dari sekolah sudah tersebar begitu saja. Im Diera bahkan tidak dapat membayangkan bagaimana sedihnya Irene, setelah kejadian itu tidak ada yang mau berteman dengan gadis berwajah dingin itu, Diera takut justru Irene akan menjadi korban perundungan oleh murid-murid yang memiliki dendam kesumat pada perbuatan Irene sebelumnya.

"Serius? Maksud gue, dia beneran minta maaf?" Itu Yuqi yang bertanya. Intonasi suara rendahnya membuat Shuhua mengangguk menyetujui.

"Gue rasa, sih, enggak. Dia manusia yang manipulatif," sahut Shuhua sembari menyalakan ponselnya.

[Njm] OUR PAGE || Sudah Terbit✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang