Bergegas dari atas ranjangnya yang empuk, Jaemin memutuskan berjalan keluar dari kamarnya. Rumah yang besar itu tampak sangat sepi, Ayah Changmin kembali ke Jeonju. Sedangkan Bunda Yoona, Jaemin tidak dapat memastikan ke mana. Namun kata Minju, Bunda Yoona ikut menuju ke Jeonju untuk mengambil beberapa berkas milik Ayah Changmin yang tertinggal.
Jaemin membuka pintu utama rumahnya, benar sudah ada Haechan tengah berdiri di balik pintu dengan mengenakan kaos hitam polos dipadukan dengan celana jin hitam ketat.
"Urusan makanan saja cepet banget datang ke sini!"
"Kata siapa? Gue sudah punya niat buat ajak lo, anjir! Karena lo kirim pesan ke gue dengan tujuan yang sama jadi sekalian, deh, gue manfaatin lo."
Entah Jaemin dapat bertahan seberapa lama lagi. Jarang-jarang Haechan memiliki teman sesabar Jaemin, semoga saja Jaemin tak kapok setelah ini. Kalian tahu, selain cerdik, laki-laki Lee ini juga sedikit menyebalkan.
"Bangsat lo! Ya sudah, tunggu." Hendak Na Jaemin kembali menutup pintu dengan posisi Haechan masih berada di luar. Namun Haechan cukup cepat menahan pintu itu.
"Eh-eh! Mau ke mana?"
"Mandi, dungu! Gue belum mandi."
"Lo ajak gue masuk, gitu! Bisa-bisanya lo anggurin gue di depan pintu kayak pengemis."
Menghela napas, Jaemin membuka lebar-lebar pintu rumah dengan raut wajah kesalnya, mempersilakan Haechan untuk masuk. Tidak mengucapkan terima kasih atau sepatah kata apa pun, Haechan masuk bak berjalan di atas karpet merah berakhir pada tubuhnya yang dibanting di atas sofa.
Oke, mungkin jika Jaemin tidak memiliki keinginan mengajak Haechan pergi untuk menonton turnamen basket itu, dia akan sangat segan mengusir Haechan seperti biasanya.
"Buru mandi!"
Jaemin merubah wajahnya menjadi masam. Sebenarnya intonasi suara Haechan terdengar lembut seperti biasa, pasti terdengar biasa saja bagi siapa pun yang mendengarkan, entah mengapa bagi Jaemin suara itu terdengar sangat-sangat dan sangat menyebalkan ketika telah membias pada gendang telinganya.
🪐🪐🪐
Jaemin sudah menghabiskan uang sebanyak 150 ribu won untuk Haechan, dia sudah sangat bosan menunggu Haechan di kursi cokelat panjang yang letaknya tidak jauh dari Haechan berdiri sekarang.
Jaemin kira, satu sampai dua makanan sudah cukup untuk mengiyakan permintaan Haechan. Namun ternyata tidak. Lihat, kedua tangan remaja tan itu saja sudah tidak dapat mencakup seluruh makanan itu, bisa-bisanya Haechan masih memesan makanan lain.
"Nana."
Na Jaemin menolehkan kepalanya, menemukan gadis berambut lurus tengah membawa satu cup es krim bersama gadis berambut kriting sudah berdiri di samping kursi yang Jaemin tempati untuk duduk.
"Kamu di sini juga?"
Jaemin menganggukkan kepala. "Iya, pengen nonton turnamen." Tidak. Sebenarnya bukan itu, Jaemin hanya ingin bertemu Diera.
"Kamu sendirian?"
"Enggak, gue sama Haechan."
"Kamu masuk duluan saja, temuin Jeno. Bilang jika aku sedang di luar, setelah ini akan menyusul."
Itu bukan ditujukan untuk Jaemin, Im Diera mengatakan itu untuk Hannah yang sedari tadi memilih untuk menikmati es krim rasa vanila. Hannah mengangguk-anggukkan kepalanya, kemudian tubuhnya berbalik, lantas berjalan menjauh, meninggalkan Diera begitu saja.
Hening saat itu, maksudnya mereka berdua. Jaemin masih menatap Haechan dengan kesal dari kejauhan, sedangkan Diera masih berdiri dengan menikmati es krimnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
[Njm] OUR PAGE || Sudah Terbit✓
Fanfic[ALANGKAH BAIKNYA FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA<3] _____________________________________________________ SUDAH TERBIT~ INFO PEMESANAN MELALUI DM ATAU MELALUI WHATSAPP YANG ADA PADA PAMFLET DI BAGIAN AKHIR BAB CERITA^^ _________________________________...