Kim Minju mulai menangis, tubuhnya bergetar saat Jennie terus melakukan hal yang sama sembari senyum miring itu terlukis pada wajah dinginnya.
Minju menggigit bibirnya kuat-kuat dengan mata yang terpejam, hatinya terus berharap kepada Tuhan menghadirkan seseorang agar dapat menyelamatkannya dari keadaan ini, di sini Minju hanya menginginkan Jaemin yang hadir untuk menyelamatkannya.
Pagi ini Minju memutuskan berangkat ke sekolah sendirian, dia meninggalkan Jaemin karena masih kesal pada Si Sulung. Kala tengah mandi, Jaemin usil menguncinya dari luar. Segela sumpah serapah keluar dari mulut Minju hingga Ayah Changmin memarahinya.
"Gue sudah pantau lo jauh-jauh hari, sialan!" Jennie melempar selang shower itu ke sembarang arah, hingga membuat Minju tersentak. "Jauhin Jaemin!"
Hei! Na Jaemin itu kakaknya!
Tidak mungkin Minju menjauhi saudara kandungnya sendiri, itu mustahil karena mereka juga tinggal pada atap yang sama. Meskipun Jaemin menyebalkan, mendapat bayaran sepeserpun dengan syarat Minju harus menjauhi Jaemin, dia tidak akan mau.
Lagipula ada hak apa Jennie menyuruh Minju untuk menjauhi Jaemin? pacar saja bukan! Lucu sekali!
"J-Jaemin itu ..."
Minju meringis, tidak melanjutkan kalimatnya. Jennie Kim, murid yang suka buat onar itu mencengkeram kuat kedua rahangnya. Kulit wajah Minju terasa perih karena kuku-kuku panjang Jennie mencocok—nyaris menggores kulitnya.
"Apa?" tanya Jennie menuntut.
Sebelum Minju memejamkan mata, dia menemukan kehadiran Irene, gadis itu menyembul dari balik tembok sembari membawa sebuah ember berisi ... entah, Minju tidak dapat memastikan itu. Air itu keruh, seperti bekas cucian pel.
Jennie melepas cengkeramannya. Tampak jelas salah satu rahang Minju tersemat goresan merah, kuku panjang Jennie tidak lagi nyaris menggores kulitnya, namun benar-benar melukai Minju.
Minju merasakan perih teramat sangat pada salah satu rahangnya ketika Jennie kembali menyiramnya dengan air shower.
"Ini enggak seberapa!" Jennie melempar lagi shower itu, kemudian beralih pada sebuah ember yang Irene bawa sedari tadi.
Tepat dugaan. Minju kembali disiram air bekas cucian pel beraroma busuk. Tubuh Minju sontak merosot, dia memeluk kedua lututnya yang tertekuk. Air matanya semakin deras tumpah ruah.
Minju tidak pernah mendapat perlakuan seperti ini sebelumnya, sama sekali tidak ada yang berani menyentuhnya, bahkan di sekolah lamanya, karena Minju dapat disebut sebagai murid paling beruntung yang terhidar dari perundungan. Tapi kali ini keberuntungan itu justru beralih.
Suara tawa dari Jennie dan Irene menggema di dalam kamar mandi. Suara itu sangat terdengar begitu mengerikkan bagi Kim Minju. Tubuhnya semakin bergetar, kepalanya hanya dapat menunduk—sesekali dia sembunyikan di balik lututnya, sama sekali tidak berani menatap Jennie.
"Jennie! Irene!"
Mendengar namanya dipanggil, kedua remaja itu menoleh. Im Diera berdiri tidak jauh dari keduanya, masih dengan tas ranselnya yang tergendong di punggungnya—pertanda dia baru saja tiba.
Alih-alih mengabaikan Diera, Jennie berjalan mendekat dengan langkah yang berdentum-dentum, seolah menunjukan jika Jennie memang mampu membuat seluruh orang tunduk dan takut padanya. Tidak semua, salah satunya Diera.
Diseretnya lengan kurus Diera, Jennie mendorong tubuh kurus itu hingga membentur tembok. Minju yang masih ketakutan hanya dapat mencuri pandang tanpa berani mendongakkan kepalanya.
"Enggak usah ikut campur urusan gue!" Jennie berucap penuh penekanan.
"Kayaknya dia juga dekat, deh, sama Jaemin," sahut Irene.
![](https://img.wattpad.com/cover/295113143-288-k428085.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
[Njm] OUR PAGE || Sudah Terbit✓
Fanfiction[ALANGKAH BAIKNYA FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA<3] _____________________________________________________ SUDAH TERBIT DAN PART MASIH LENGKAP~ INFO PEMESANAN MELALUI DM ATAU MELALUI WHATSAPP YANG ADA PADA PAMFLET DI BAGIAN AKHIR BAB CERITA^^ __________...