Happy Reading<3
Sepulang dari kedai Jaemin tidak langsung tidur, dia disibukkan dengan tugas sosiologi yang harus dia selesaikan malam ini karena tugas itu harus dikumpulkan besok.
Kebiasaan Na Jaemin, dia lebih memilih mengotak-atik ponselnya. Memang awalnya dia sibuk membaca soal-soal itu lalu seolah-olah cekat untuk mengerjakan, yang dia lakukan sekarang membiarkan buku tulisnya terbuka begitu saja, menggeletakkannya di atas lantai.
Posisinya berubah menjadi tengkurap di atas kasur sejak lima menit lalu.
Tiba-tiba dia membuang ponselnya asal. Wajahnya murung kembali.
"Na! Lo harus move on!" Jaemin mengacak rambutnya, dia merubah posisinya menjadi duduk dan meraih ponselnya kembali.
Foto-foto Ningning yang terlihat begitu menggemaskan menurutnya—awalnya—satu persatu dia hapus tanpa ba-bi-bu lagi. Dengan kesal dia menekan tombol delete secara berulang hingga foto mantan kekasihnya itu benar-benar tidak lagi tertinggal di dalam ponselnya.
Seharusnya Jaemin tahu, Ningning tidak selamanya mencintainya. Jaemin saja yang terlalu bucin sampai lupa dunia jika menyangkut gadis asal Tiongkok itu. Memang, Jaemin berniat menjaga dan memperjuangkan Ningning yang saat itu menjadi miliknya.
Tapi Jaemin juga salah, dia melupakan satu hal bahwa apa yang telah menjadi miliknya saat itu tidak akan selamanya bertahan untuknya.
Jaemin merebahkan tubuhnya, menatap langit kamarnya. Dia tidak boleh membiarkan hatinya terus berada di kondisi seperti ini. Dia harus dapat melepaskan Ningning.
Kemudian Jaemin membuka fitur speech pada Google.
"Oke Google, how to move on?"
"Galau terus! Cari pacar, gih!"
Mata Jaemin membola. "Sejak kapan lo ada di sana?"
Minju tertawa saat melihat Jaemin terkejut akan kehadirannya. Dia sudah berada di ambang pintu kamar sejak tadi.
Ya ... Jaemin memang memiliki kebiasaan tidak terlalu memperhatikan sekitar, jadi dia tidak menyadari kehadiran Si Bungsu.
"Lo ditunggu Kak Haechan, tuh, di luar. Katanya, sih, mau ngerjain tugas bareng sekalian mau nginep lagi."
"Kebiasaan! Emangnya dia enggak punya rumah apa?"
Minju mengedikkan bahu. "Dia sendirian di rumah, katanya takut sama hantu."
Jaemin beranjak. "Kebalik kali! Hantu yang bakal takut manusia kayak dia," katanya. Dia melewati Minju, keluar dari kamar untuk menemui Haechan yang mungkin sudah menjadi sarapan nyamuk di luar.
🪐🪐🪐
Kedatangan Haechan disambut hangat oleh Bunda Yoona. Wanita berusia kepala tiga yang masih terlihat anggun dan cantik itu meletakkan beberapa snack milik Minju di samping Jaemin dan Haechan yang masih disibukkan dengan tugas sekolah mereka.
"Haechan, kalau snack-nya kurang kamu bilang saja sama Jaemin," kata Bunda Yoona.
Jaemin mendongak cepat. "Kok Jaemin, Bun? Minju, kan, ada." Tidak terima dengan ucapan Sang Bunda, Jaemin melayangkan protes.
"Bang, adek lagi belajar di kamar, enggak mungkin Bunda suruh adek, yang ada nanti adek enggak fokus belajarnya."
"Tapi Jaemin juga lagi belajar, Bun."
"Halah! Ribet lo, Jaem!" Haechan turut menyela. "Gue tamu independent, biar gue yang ambil sendiri kalau kurang."
Mendengar ucapan Haechan, lantas membuat Bunda Yoona tertawa. Kedatangan Haechan di sini membuat situasi lebih berwarna, maksudnya Haechan selalu dapat membuat keadaan menjadi lebih terlihat cerah karena sikapnya yang ajaib, selain terbuka Haechan juga tidak begitu kaku. Meski terkadang Jaemin sering merasa dongkol dengan Haechan karena remaja berkulit tan itu sangat menjengkelkan.

KAMU SEDANG MEMBACA
[Njm] OUR PAGE || Sudah Terbit✓
Fanfiction[ALANGKAH BAIKNYA FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA<3] _____________________________________________________ SUDAH TERBIT~ INFO PEMESANAN MELALUI DM ATAU MELALUI WHATSAPP YANG ADA PADA PAMFLET DI BAGIAN AKHIR BAB CERITA^^ _________________________________...