Page 13

9 6 0
                                    

"Eh, gue duduk sini ya?"

Suara itu milik Hannah, gadis itu membawa baki logam berisi satu hamburger jumbo, sekotak kentang goreng dan segelas soda dingin. Jaemin mengangguk saja setelah menoleh, dia beringsut sekaligus menggeser makanan dan minuman miliknya—kebetulan tempat duduk di hadapan Jaemin penuh hanya tersisa di sampingnya.

"Diera ke mana?"

Hannah menggeleng sembari mengunyah kentang gorengnya. "Enggak tahu, tuh," ucapnya setelah menelan makanannya.

"Emang enggak ada di kelas?"

Hannah menggeleng lagi. "Dari pagi enggak ada, mungkin enggak masuk."

"Serius?"

"Iya." Jang Hannah menatap Jaemin. "Kenapa?"

"Tadi pagi masih sama gue."

Hannah melotot, menelan makanannya dengan susah payah. Tubuhnya menyerong—menghadap Jaemin. "Beneran tadi pagi sama lo? Maksud g-gue, Diera berangkat sama lo?"

Na Jaemin dibuat bingung, pasalnya raut terkejut Hannah tak dibuat-buat. Hannah terlihat sangat terkejut, terkejutnya seolah lebih mengarah ke ... tidak begitu percaya akan ucapan Jaemin. Padahal laki-laki Na itu berbicara jujur.

"Lo enggak halusinasi kalau Diera datang ke sekolah?"

"Enggak."

"Lo berangkat sama Diera?"

Jaemin menggeleng. "Diera berangkat sama Jinhwan."

"Jadi, lo cuma ketemu beberapa menit aja?"

"Iya."

"Terus—"

Jaemin menggeram. "Jingan, lo tanya mulu, capek gue!"

Hannah bergidik. "Ih, kasar! Gue aduin lo sama Diera."

Setelah mengatakan itu Hannah diam, tak melanjutkan ucapannya juga tak berminat untuk mengajak Jaemin berbicara. Mendadak perasaanya menjadi tak karuan, bukan sebab Jaemin berbicara kasar padanya, tetapi perasaanya lebih mengarah pada Diera.

Kotak berisi kentang goreng Hannah letakkan. Geraknya refleks secara tiba-tiba, berjingkat dari duduknya dengan segera bergegas meninggalkan seluruh makanan dan minuman bersoda miliknya, membiarkan Jaemin yang menatapnya dengan bertanya-tanya.

"Lah, ngambek sama gue?"

Na Jaemin tidak tahu, sebenarnya ada yang sedang Hannah cemaskan.

🪐🪐🪐

Na Jaemin mematikan ponselnya secara kasar, dia sudah menghubungi Diera semenjak berada di kantin, mengirim banyak pesan namun tidak ada satu pun balasan dari gadisnya. Andai Haechan tidak sibuk membantu Bu Minzy di sekolah, Jaemin ingin mengajak Haechan untuk menuju rumah Diera.

Beberapa menit lalu setelah pulang sekolah, dia sempat bertemu dengan Hannah—cukup lama karena keduanya berjalan bersama. Gadis itu bersikap acuh dan tak acuh padanya, wajahnya menunjukan ekspresi gugup seolah sedang menyembunyikan sesuatu darinya, namun dengan segera ekspresinya berubah menjadi datar—enggan bertatapan dengannya, setelah itu meninggalkannya begitu saja.

Ah, Jaemin ingat.

Jang Hannah sempat membawa dua tas ransel yang dia ketahui satu diantaranya milik kekasihnya. Saat Jaemin bertanya di mana gadisnya, Hannah menjawab singkat bahwa Diera tengah berlatih balet. Mau tidak mau Na Jaemin percaya, walau dia sangat memahami gurat kebohongan Hannah.

Jaemin masih saja terdiam, menatap keluar jendela kamarnya yang terbuka. Semburat jingga yang dipadukan dengan warna merah membentang luas di sana. Sudah sore, hal ini mengingatkannya kembali pada Diera yang katanya membenci senja.

[Njm] OUR PAGE || Sudah Terbit✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang