Page 28

21 11 0
                                    

Na Jaemin tidak langsung kembali ke Seoul setelah pulang dari rumah sakit, sudah terlalu malam untuk pulang.

Ayah Changmin mengaduh sudah terlalu lelah, hal itu membuat Bunda Yoona menyarankan untuk menuju rumah lama mereka yang berada di Jeonju. Si Bungsu dan Ayah Changmin sudah tidur setelah mereka tiba, tinggal Jaemin dan Bunda Yoona berada di ruang tengah, menonton TV.

"Kamu serius sama Diera, bang?" Bunda Yoona tak memalingkan wajahnya, fokusnya masih pada serial drama yang ada di hadapannya.

"Belum lama jadian."

"Bunda ragu?" tanya Jaemin, mendongak setelah memainkan ponselnya.

"Enggak gitu. Bunda malah suka banget sama Diera. Kalau Bunda boleh request, Bunda enggak mau mantu selain Diera." Jawaban Bunda Yoona membuat Jaemin terkekeh.

"Keadaannya gimana, bang? Bunda ada keinginan jenguk Diera lusa."

"Diera sudah sadar, bunda. Katanya besok pulang."

Jaemin bergeming beberapa detik. "Jaemin sudah mikir ini sedari tadi, besok kita sama-sama jenguk Diera, sekalian Jaemin ingin lamar Diera ...." Bunda Yoona menoleh terkejut menatap Si Sulung.

"Tanggal 26 Juni, Jaemin ingin nikah sama Diera. Jaemin ingin pernikahan itu sebagai kado terindah untuk Diera."

Bunda Yoona mengulum bibir. "Kuliah abang gimana?"

"Bisa diatur, bunda."

"Hari kelulusan kamu tanggal berapa?"

"10 Juni, bunda."

Bunda Yoona menganggukkan kepala, semakin lama mata wanita ayu itu kian memberat meskipun tersirat akan kebahagiaan. Rasa kantuk sontak menyelimutinya, durasi serial drama yang belum berakhir terpaksa Bunda Yoona tinggalkan. Bunda Yoona beranjak dari duduknya, memasuki kamarnya dan meninggalkan Jaemin yang beberapa menit lalu sudah merebahkan tubuhnya di atas sofa.

Seharusnya malam ini Jaemin gunakan belajar untuk ujian besok, namun tenaga Jaemin sudah terlalu terkuras selama perjalanan dari Seoul menuju Jeonju, jangan lupakan seragam sekolah yang masih melekat pada tubuhnya, bahkan laki-laki Na belum menyentuh air dan membersihkan tubuhnya.

Berulang Jaemin menyalakan kemudian mematikan ponselnya, menatap setiap notifikasi yang Jaemin kira dari Diera, justru notifikasi yang memenuhi layar ponselnya merupakan notifikasi dari Haechan dan Doyoung.

Ngomong-ngomong Jaemin menjadi lebih dekat dengan Doyoung setelah kedua remaja itu berada di ruang yang sama selama ujian, sejauh ini Jaemin salah menduga, Kim Doyoung yang penuh karisma itu rupanya sangat menyebalkan. Wajahnya tidak pernah dapat berbohong ketika Haechan memberi pertanyaan jebakan, bahkan raut wajah julid Kim Doyoung masih dapat Jaemin bayangkan.

"Apaan, sih? Ganggu lo!" sungut Jaemin, mengangkat telepon dari Haechan.

"Lo di mana? Gue di depan rumah lo, mau nginep."

"Gue di Jeonju," kata Jaemin, yang langsung mendapat helaan napas pelan dari seberang sana. "Gue pulang besok, mungkin jam dua pagi."

"Terus gue tidur di mana?"

"Kolong jembatan!" jawab Jaemin.

Laki-laki Na menatap ponselnya—mendapati Haechan yang tak bersuara selama beberapa detik, sambungan telepon diputus oleh remaja tan secara sepihak. Saat hendak meletakkan ponselnya di atas meja, ponsel miliknya kembali berdering panjang. Jaemin menggeram sebelum posisinya berubah menjadi duduk, tanpa menatap siapa yang mengirim telepon, laki-laki Na mengangkat panggilan telepon dengan kesal.

[Njm] OUR PAGE || Sudah Terbit✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang