Page 24

11 9 0
                                    

Sebelum cerita ini tamat, aku mau bilang kalau aku sengaja kasih plot hole di dalam cerita ini. Don't expect too much untuk cerita ini:3

⚠️⚠️⚠️

Beberapa bulan kemudian. 28 May 2020.

Apa yang kalian pikirkan mengenai 2020?

Jaemin sudah tak dapat berpikir jernih mengingat wabah dari virus sialan ini membuatnya merasa frustrasi setiap hari. Seluruh penduduk yang ada di dunia terpaksa harus tetap tinggal di dalam rumah sampai batas waktu yang tidak ditentukan.

Seharian Jaemin hanya diam di dalam kamar, merebahkan tubuh, membaca pesan dari Diera, makan, lalu kembali ke kamar untuk tidur. Namun kali ini, di sana Jaemin berdiri, di belakang Hannah dengan telapak tangan yang masih mencengkeram erat lengan gadis itu.

Na Jaemin menghela samar sebelum lengannya membiarkan tangan Hannah kembali tertarik.

Tak banyak bicara, Jaemin menyodorkan sebuah map kertas tebal milik Hannah yang tertinggal di rumah, raut Hannah tak hanya terkejut, tubuhnya lantas menegang setelah menerima map kertas tebal itu dari Jaemin.

Awalnya Na Jaemin berkeingininan untuk menuju ke rumah Diera, sebab map tebal itu tidak tertulis nama Jung Chanwoo sebagai pasien, yang Jaemin temukan justru nama Im Diera.

Jaemin hanya berniat untuk mengembalikan map tersebut, map tersebut tertinggal di rumahnya sejak bulan februari-saat Hannah dan Diera berada di rumahnya kala itu.

"Jaem-"

Hannah tak melanjutkan kalimatnya kala Jaemin justru memilih untuk berlalu dari hadapannya tanpa mengatakan sepatah kata apa pun. Laki-laki Na terus melangkah sembari membawa pergi hatinya yang hancur, perasaannya yang kalut, serta benaknya yang sangat berantakan.

Hannah tidak tahu, Jaemin harus bagaimana dan melakukan apa untuk saat ini? Tidak mungkin apabila Jaemin tidak membuka map tersebut, map berisi foto rongent paru-paru Diera yang rusak, salah satunya bahkan cacat tidak berukuran sama.

"JAEMIN!" Hannah berteriak keras, berusaha mencoba untuk menghentikan laki-laki Na. Tak mendapat respon, gadis berambut kriting itu berlari mengejar.

"NA JAEMIN!"

Jang Hannah meraih satu tangan Jaemin, namun dengan segera laki-laki Na itu menariknya. Nyaris Hannah terhuyung ke depan, untung tidak terjerembap sebab tenaga Jaemin terlalu kuat.

"Jaem, lo-"

"Gue sudah tahu sejak akhir Desember."

Jaemin tak membiarkan Hannah berbicara. Suaranya yang rendah membuat Hannah bungkam.

"Gue pura-pura enggak tahu karena gue enggak ingin Diera sedih."

Mereka tak banyak mengerti bagaimana perasaan Jaemin setelah mengetahui hal ini, semesta mengambarkannya dengan sangat baik ... atau justru Jaemin sendiri yang terlalu pandai menyembunyikan perasaannya.

Tidakkah kalian mengerti, sejauh ini Jaemin selalu berharap pada semesta agar tidak terlalu banyak memainkan takdir.

Senyum getir semakin terbaca pada raut wajah Jaemin. Selama bersama Diera, gadis itu telah menjadi salah satu sumber kebahagiaannya. Kenyataan yang cukup pahit ini Jaemin terima setelah dia ingin menjadikan Diera sebagai salah satu pemeran yang dia abadikan di dalam hidupnya.

Namun pada setiap kata, kalimat, hingga paragraf yang telah tertulis rapi, ada luka yang telah Jaemin pupuk dengan tawa, seolah kebahagiaannya bersama Diera akan terasa mudah untuk direngut kapan pun oleh semesta.

[Njm] OUR PAGE || Sudah Terbit✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang