Chapter 23

16.8K 2.1K 158
                                    

Okey-okey, fine. Ternyata jebol juga 500 komen😭🙏🏻

Nih double up-nya, Gengs. Happy Reading!

"Rell, ayo turun! Mereka bakal naik ke atas dan ngira kita yang dorong siswi itu kalau tetap di sini."

Airell tersadar dan langsung bangkit saat itu juga, ia memeluk tangan Albar dengan cepat membuat cowok itu menatap heran pada apa yang Airell lakukan.

"Ini, kenapa?" Tanya Albar.

"Bar, please gue masih lemes banget. Kalau perlu gendong gue, yah?" Pinta Airell, Albar menghela nafasnya kemudian melepaskan rangkulan tangan Airell. Ia berjongkok lalu menepuk punggungnya, "Naik!" Titah Albar.

Dia tidak tega kalau harus membiarkan Airell menuruni tangga, takut sesuatu yang buruk akan terjadi pada gadis itu— jadi dari pada mengambil resiko, lebih baik Albar menggendong Airell saja agar lebih aman.

Tanpa di suruh dua kali, Airell naik ke atas punggung Albar lalu cowok itu mulai berjalan.

"Bar, kita mau turun tangga. Gapapa? Emang lo kuat?" Tanya Airell ragu.

"Hm, lo ga seberat kelihatannya." Ungkap Albar jujur.

"Emang gue gendut yah?"

"Enggak, lo... Cubby."

Airell mengangguk, selebihnya mereka hanya diam. Albar mempercepat langkahnya turun, ia langsung membawa Airell ke kelas. Karena peristiwa tadi, proses belajar-mengajar ditunda, semua guru sedang sibuk mengurus mayat siswi tadi dan masih harus dilakukan investigasi lebih dalam agar tidak sampai mempengaruhi nama sekolah.

Kelas 11 IPA 3 tampak sepi, bahkan Airell pun tak melihat keberadaan sahabatnya. Mungkin Chika juga sedang melihat bersama siswa-siswi yang lain di depan koridor utama.

Albar menurunkan Airell di bangkunya, menatap gadis itu yang tampak kehilangan semangat.

"Masih lemas?" Tanya Albar.

"Lumayan, itu cewek gila kali ya? Bundir ga tau tempat, hampir aja kita kena tuduh." Gerutu Airell.

Albar berdehem, menatap ke-sekeliling kelas kemudian kembali mengalihkan tatapannya pada Ariell. "Tulisan yang lo bilang tadi, ada di kening mami Airell juga?" Tanya Albar hati-hati.

Airell kontan mendongak, menatap Albar kemudian mengangguk tanpa ragu.

"Tanggal berapa?"

"11 Oktober,"

"Okey, gue ke kelas dulu." Pamit Albar lalu berjalan keluar dari kelas 11 IPA 3.

"Hahhh, sial banget gue lihat begituan hari ini— hoek..."

***

Disebuah bar dipusat kota Jakarta, masih tutup disiang hari begini. Namun, tak menutup kemungkinan ada saja pengunjung yang datang meski matahari belum berganti tugas dengan bulan.

Di sudut bar terduduk sosok wanita cantik berkepala empat yang meletakkan kepalanya di atas meja, di sekeliling kepala wanita itu terdapat banyak botol bir kosong yang berserakan. Sudah sejak malam tadi ia disini, menghabiskan setiap hari waktunya dalam tempat pengumpulan setan.

Dia tampak stress, penampilannya sudah tidak fashionable lagi semenjak berpisah dengan mantan suaminya. Padahal, profesinya saat ini masihlah seorang model papan atas, sudah banyak berita dan rumor buruk yang beredar tentangnya di media sosial.

CHARACTER NOVEL? I'm? [TERBIT!]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang