"Dari mana kamu? Kembali mendatangi makam wanita sialan itu!!?" Seru Hansa Eldraxan dengan nada tinggi pada putri bungsunya.
Jihan menunduk, meremas kedua sisi rok abu-abunya dengan penuh ketakutan. Sial! Papanya itu tau jika Jihan kembali mendatangi makam Ranita— mendiang ibunya yang sudah meninggal satu tahun silam.
Jihan sangat merindukan mamanya, dia hanya ingin memeluk nisan Ranita sebentar. Tapi tak menyangka jika Hansa ternyata sangat mengawasinya, bahkan juga dengan kehidupan kakaknya.
"JAWAB JIHAN!"
Plak
Kepala Jihan tertoleh kesamping akibat tamparan kuat yang diberikan papanya, belum sempat ia mengangkat wajah. Hansa sudah menjambak rambut Jihan kuat, menarik kepalanya agar mata mereka dapat saling bertatap.
"I-iya... Pa, Ji-jihan kangen mama..." Jawaban Jihan adalah kesalahan paling besar yang dia lakukan hari ini.
Brugh
Hansa menghempaskan tubuh Jihan ke lantai, menatap nyalang seperti seorang iblis yang siap membunuh putrinya sendiri.
"Sudah saya bilang jangan pernah temui lagi makam wanita murahan itu! Apa isi yang ada didalam otakmu Jihan? Jelas-jelas saat hidup dia mengkhianati kita, Ranita tidak pantas mendapatkan kerinduan dari anak-anaknya."
Tangis Jihan pecah, memeluk kedua bahunya erat-erat. Gadis itu meringis merasakan seluruh tubuhnya yang nyeri. Sakit fisiknya tidak seberapa dari hati Jihan yang benar-benar terluka saat ini. Dia sangat merindukan mamanya, biasanya jika papanya bersikap kasar Ranita akan selalu berlari pada Jihan dan memeluknya untuk melindungi dari pukulan Hansa.
"Dia wanita yang jahat..." Hansa menghembuskan nafasnya.
Jihan menggeleng kepala dengan lemah, tidak! Pria itulah yang jahat, Hansa adalah iblis yang sebenarnya di rumah ini.
"Jihan!" Teriak Aiden melebarkan matanya didepan pintu masuk, cowok itu segera berlari dan berlutut saat sampai di depan Jihan. Ia memeluk tubuh adiknya yang terduduk sambil menangis di lantai.
Aiden menyorot tajam ke arah Hansa, tangannya yang tengah memeluk Jihan terkepal kuat.
"Kenapa papa pukul Jihan lagi?!" Tanya Aiden geram.
"Kenapa katamu? Asal kamu tau Aiden, adikmu itu kembali mendatangi makam Ranita." Balas Hans sembari mendengus dingin, wajahnya sangat datar sekarang ini. Saat mengucapkan nama Ranita tadi, ia menahan gertakan pada giginya. Benar-benar membenci nama wanita itu, nama dari mantan istrinya yang telah tertidur pulas dibawah tanah.
Aiden menatap Jihan, lalu semakin mengeratkan pelukannya lagi.
"Laki-laki gila!" Gumam Aiden berdesis, ia bangkit dan memapah tubuh Jihan ke atas. Membiarkan Hansa masuk ke kamarnya dan terdengar suara tembakan keras yang berulang kali dari kamar pria itu.
Saat ini, dapat dipastikan Hansa sedang melampiaskan amarahnya pada dinding-dinding kamar yang setiap harinya hancur karena menjadi pelampiasan dari amarah tak sampai serta kekecewaan mendalam yang terpendam sejak lama.
Dikamar Jihan, Aiden mendudukkan adik perempuannya itu di kasur. Mengambil sebuah salep di dalam laci kemudian mengoleskannya pada lengan Jihan yang lebam serta pipinya yang memiliki bercak kebiruan dari tamparan Hansa tadi.
Pria itu, memang memiliki sifat yang tempramen dan perlakuan kasarnya yang tak pernah lekang sejak Aiden dan Jihan masih kecil. Beginilah kehidupan keduanya selama bertahun-tahun, bila ada sesuatu yang tidak sesuai atau tidak disukai Hansa; pria itu akan melalukan kekerasan fisik pada anak-anaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
CHARACTER NOVEL? I'm? [TERBIT!]
FantasiaTERBIT!!! TERSEDIA DI SHOPPE DAN TOKOPED @Olympian Sidoarjo [ INCOMPLETE ] FOLLOW ME, TERLEBIH DAHULU! Konten terasa sensitif bagi beberapa orang, menggunakan mental baja, siap? Plagiator, diem deh! Jangan cari masalah! ______________ Racia Vernatt...