Chapter 46

14.2K 1.1K 104
                                    

Buat yang belum paham dengan maksud kemarin, point 'kehidupan abadi setelah ending novel.'

Maksudnya bukan semua tokoh akan mengulang ceritanya lagi dari awal, enggak, justru kalau mereka gagal menamatkan cerita sesuai dengan garis besar versi asli novelnya. Malah bisa diulang lagi tuh semuanya dari awal sama sistem, dan tidak dapat menghidupkan yang sudah mati ya.

Bagi tokoh yang telah mati, ya bobok di dalem tanah😶

Dan sebaliknya, kalau novel itu berhasil tamat dan sistemnya berhenti. Semua tokoh akan mendapatkan kebebasan atas hidupnya yang telah lama dikendalikan oleh sistem, dan kehidupan abadi. Mereka yang masih bertahan akan terus hidup tanpa adanya gugur di atas panggung, karena pertunjukkan nya sudah selesai. Tetap garis bawahi yang sudah mati tidak akan merubah apapun, karena dia gagal dalam memainkan perannya.

Langit berubah kuning pada waktunya, perlahan tanpa disadari manusia, bumi berputar arah; menggantikan siang menjadi malam pada bagian separuh planet.

Dihalaman belakang penjara, sosok gadis yang sudah diganti seragam biru tahanannya menjadi warna oranye khas milik pidana. Di letakkan berdiri ditengah-tengah lapangan yang sekelilingnya sudah di pagar, matanya ditutup menggunakan kain hitam.

Deru nafas gadis itu terdengar memburu, kedua tangannya diborgol dibelakang. Sedangkan saat ini ia tak bisa menatap, semuanya tampak gelap. Keadaan di sekitar sana pun hening, tidak ada suara apapun yang mengisi telinganya.

Tiba-tiba suara langkah kaki membuat tubuh gadis itu tersentak, ia yakin sebentar lagi ajalnya akan tiba. Ya, waktu eksekusinya. Sekarang sudah pukul lima sore, satu detik sebelum jam 18.00 dia harus sudah terbunuh sesuai hukum yang menjatuhinya.

"Pak, buk, saya mohon. Beri saya keringanan..." Lirih Teresa.

"Semuanya dilakukan sesuai hukum yang ditentukan saudari Teresa, lima menit lagi." Suara tegas seorang polwan menyahuti Teresa, membuatnya seketika meneguk ludah dengan susah payah.

Lima menit lagi?

Waktu terasa berjalan lambat, bukannya membuat Teresa dapat tenang. Malah ia semakin khawatir sekarang, bayangkan jika seseorang tau hidupnya hanya tinggal lima menit lagi?

Orang yang memiliki keinginan mati pun, tidak akan pernah siap dengan kematian. Apalagi seseorang yang mendambakan kenikmatan dunia, ingin rasanya Teresa berlari saat ini. Namun kedua kakinya diborgol dengan rantai besar.

Teng

DOR!

Tepat peluru itu menembus kepala Teresa, air matanya langsung menetes bersamaan darah yang mengalir deras. Dibalik kain, matanya yang lembab sudah tertutup sempurna. Detak jantung gadis itu sudah mati sepenuhnya. Aura kehidupan antagonis yang melekat kental padanya telah redup.

Pemeran jahat itu, menyelesaikan tugas dengan semestinya. Seperti ending novel yang asli, dimana tokoh antagonis akan mati diakhir cerita. Meskipun alurnya telah berubah besar, namun plot novel tetap terjadi seperti ketetapan awal.

Selamat jalan Teresa Akila, penjahat yang sebenarnya adalah seorang ibu, menelantarkan putranya sendiri demi ambisi untuk mendapatkan pemeran utama pria. Kini dia telah gugur, setelah rencananya yang berakhir berantakan. Kehidupan novel yang abadi tidak dijanjikan untukmu...

***

"Hai..." Sapa suara halus itu pelan, ia mendudukkan dirinya di samping makam. Menatap nisan yang kini mulai dielusnya perlahan, tatapan itu terlihat sendu dibawah sinar senja.

CHARACTER NOVEL? I'm? [TERBIT!]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang