"Lo boleh sedih, ga ada yang maksa lo buat selalu kuat. Sekali-sekali lemah gapapa Rell, namanya juga manusia. Bahu gue selalu siap untuk jadi sandaran lo," Galen menepuk-nepuk sebelah bahunya pertanda menyuruh Airell untuk bersandar di sana, gadis itu terkekeh. Airell menurutinya karena merasa cukup lelah, saat ini mereka berada di taman komplek perumahan Airell.
Sebelum diantarkan pulang; gadis itu meminta untuk singgah ke sana sebentar, Airell butuh waktu untuk menormalkan dirinya dari keadaan.
Sebenarnya, dia sedikit sedih. Tak urung dia merasakan perasaan asli tubuh ini, dimana pasti masih memiliki ikatan batin dengan Mira.
Airell menatap wahana permainan untuk anak-anak di taman itu, sayangnya sekarang sudah sore dan tamannya sedang sepi. Ia jadi tak bisa melihat anak kecil bermain di sini untuk menghilangkan rasa jenuhnya, Airell memilih memejamkan mata saja sambil memikirkan kemana perginya jiwa asli Airell.
Misteri ini masih belum berhasil terpecahkan.
Ayolah, dia tidak bisa mengambil keputusan tanpa kepastian.
Bila Airell memutuskan untuk tinggal di sini, bagaimana jika jiwa asli Airell kembali? Sedangkan, kalau dia berusaha atau setidaknya berharap kembali pulang pada kehidupannya sebagai Racia dahulu, apakah bisa?
Apapun akan ia lakukan jika memang Racia bisa kembali ke dunianya.
Yang menjadi masalah sekarang, adalah bagaimana? Apa dia harus menyelesaikan novelnya dahulu? Tapi Airell tidak pernah sudi berpasangan dengan Aiden, walaupun kini keduanya sama-sama sadar jika adegan mereka adalah tugas yang harus dilakukan, kewajiban bagi setiap tokoh yang memiliki bagian di novel.
Namun setidaknya, dibelakang panggung Airell harus bisa terbebas dari Aiden kan? Lalu, bagaimana caranya dia menghindari cowok itu?
Kalau gue punya pacar, Aiden ga mungkin bakal nekad.
Ya, gue harus secepatnya punya pawang.
Airell melirik Galen, di sebelahnya. Lalu berangsur tegak dari posisinya yang nyaman bersandar pada bahu Galen.
"Ekhem, Gal..." Panggil Airell.
Cowok itu menoleh dan menatap Airell dengan sebelah alis terangkat, "Hm?"
"Soal ucapan lo di di pantai kemarin, gue..." Airell menggantung ucapannya, membuat Galen penasaran. Jantung cowok itu berdegup kencang karena gugup akan penolakan Airell, ah dia sudah menduga apa yang menjadi keputusan gadis itu. Pasti Airell menolaknya, sebab sekarang keadaan Airell sedang berduka atas kematian Mira.
"Galen, gue... Ayo kita pacaran!"
Deg
***
Sebuah motor sport berwarna biru memasuki halaman kediaman Verdigan, sang pengendara membuka helmnya. Sehingga wajah tampan dari pemilik nama Famhda itu terpampang jelas, Fam meletakkan helmnya di atas tangki bensin. Kepalanya berputar kebelakang, melihat didepan gerbang sana Airell baru tiba diantar seorang cowok.
Ia memperhatikannya dengan teliti, mata Fam sedikit memicing. Raut wajahnya menampilkan ekspresi yang tak bisa dijabarkan dengan kata-kata. Setelah puas menyaksikan sepasang manusia yang tak kunjung berpisah itu, Fam turun dari motornya dan bergegas masuk ke dalam untuk menemui Jarrel.
"Bro!" Sapa Jarrel menghampiri temannya yang baru masuk, mereka berdua bertos ria sebelum Jarrel mengajak Fam untuk bergabung bersama yang lain di atas.
"Rel," Panggil Fam, menghentikan niat keduanya yang ingin menaiki tangga. Alis Jarrel terangkat sebelah menunggu kelanjutan ucapan Fam.
KAMU SEDANG MEMBACA
CHARACTER NOVEL? I'm? [TERBIT!]
FantasíaTERBIT!!! TERSEDIA DI SHOPPE DAN TOKOPED @Olympian Sidoarjo [ INCOMPLETE ] FOLLOW ME, TERLEBIH DAHULU! Konten terasa sensitif bagi beberapa orang, menggunakan mental baja, siap? Plagiator, diem deh! Jangan cari masalah! ______________ Racia Vernatt...