Chapter 21

18.3K 2.5K 180
                                    

Sejak pagi taman samping kediaman Verdigan sudah didekorasi seindah mungkin, karena sore ini akan digelar gender reveal janin yang berada didalam kandungan Astari.

Sementara itu, seluruh anggota keluarga Verdigan tetap bersantai. Karena mereka tak perlu melakukan apapun dan hanya tinggal menunggu saja sampai semuanya selesai.

"PUTRI CANTIK VERDIGAN SUDAH SAMPAI DI RUMAH, HALO MANA SUARANYA? SAMBUT DONG!" Teriak Airell meriah dari pintu utama, dengan penampilan seragam yang sudah tak serapi pagi tadi, rambut sedikit berantakan, dan sedikit bekas tinta pulpen di wajahnya. Gadis itu sangat bersemangat, meskipun baru pulang sekolah tak menurunkan energi Airell yang selalu diisi full oleh orang-orang disekitarnya.

"Astaga, anak gadis siapa ini? Ya ampun honey," Sambut Astari histeris dari dalam melihat penampilan putrinya, wanita itu refleks menggeleng.

"Sana mandi, langsung pakai dress yang bunda taruh di tempat tidur ya." Pesan Astari pada Airell yang tampak patuh menganggukkan kepalanya, setelah itu Airell langsung menuju kamar. Namun saat akan menaiki tangga matanya tak sengaja bertabrakan dengan iris abu Jarrel yang baru datang dari taman samping.

Airell secepat mungkin menaiki tangga, Jarrel segera bergerak mengejar adiknya itu. Dia harus menjelaskan soal kemarin— kalau Jarrel kelepasan dan bukan bermaksud berkata se-kasar itu pada Airell.

Nyatanya, seharian ini ia tidak ditegur. Bahkan Airell tampak menghindarinya, itu berarti Airell memang benar-benar marah dan sakit hati dengan ucapan Jarrel.

Bagaimana tidak?

Cowok yang ia anggap lebih dari saudara tiri— seperti saudara kandungnya mengatakan hal menyakitkan itu.

Airell tidak berlebihan, ucapan Jarrel kemarin masih sering terngiang-ngiang di kepalanya.

Greb

"Rell," Jarrel menahan tangan Airell yang hampir masuk kedalam kamar.

Tatapan gadis itu naik, menatap Jarrel yang ngos-ngosan dari bawah berlari untuk mengejar Airell.

"Lepas!"

"Dengerin dulu Rell!"

"Gue ga sengaja, sumpah Rell gue kelepasan. Maaf..."

Airell berdecih sinis, mengayunkan tangannya tinggi lalu menghempaskan jemari Jarrel yang menggenggam di sana. Ekspresi gadis itu tampak meremehkan, sangat meremehkan ucapan kakaknya.

"Ucapan itu refleks, datangnya murni dari hati lo— yang tanpa sadar keceplosan. Emang kelihatan dimata lo gue gimana kak? Cewek murahan?" Tanya Airell menantang, dagunya naik menatap Jarrel lebih tinggi. Ekspresi marah sangat kentara diwajahnya, namun kecewa Airell mendominasi dan Jarrel lebih bisa melihat yang kedua.

"Gue terlalu khawatir, salah? Gue kakak lo Airell, gue cuma pengen jaga lo..."

Airell menghembuskan nafas, menjaganya? Fine. Airell cukup senang dengan pernyataan itu, tetapi kata-kata Jarrel kemarin sangat— ah sudahlah, terlalu perih dihatinya jika teringat kembali.

"Lo boleh khawatir sama gue kak, tapi jangan ikut campur semua tentang hidup gue. Disini gue juga ga pernah mencoba tau semua tentang lo, privasi lo— gue juga punya itu. Jadi tolong hargai sedikit, kita emang saudara tapi enggak selamanya harus tau semua tentang satu sama lain." Airell mengulum bibirnya, lalu membuang nafas berat. Gadis itu tanpa aba-aba memeluk Jarrel erat, menyandarkan kepalanya di dada bidang sang kakak.

"Gue ga suka dibentak, ga suka di bohongin. Dan gue ga suka di tuduh, meskipun kata-kata yang gue terima itu kasar; ga masalah. Asal bukan nuduh gue sesuatu yang sama-sekali ga gue lakuin."

CHARACTER NOVEL? I'm? [TERBIT!]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang