Bel istirahat sudah berbunyi nyaring sejak beberapa menit yang lalu, kebanyakan kelas kosong karna siswa-siswinya berada di kantin untuk mengisi perut mereka. Sementara itu, dikelas 11 IPA 3, masih tersisa satu siswa dan satu siswi yang belum beranjak dari tempat duduk mereka.
Yang siswinya adalah Airell, menatap lesu keluar jendela. Memperhatikan awan-awan putih di langit cerah, entah kenapa dia sedang malas saja pergi ke kantin. Sementara Chika sudah tak dapat menahan laparnya memilih meninggalkan Airell yang sedang dalam mood swing.
Di meja depan, Raden baru saja menyelesaikan catatan kimianya. Menoleh ke belakang untuk menatap Airell, "Gak ke kantin, Rell?" Tanya Raden penasaran.
"Males, Den."
"Emang ga laper?"
Bibir Airell melengkung kebawah, kepalanya segera mengangguk dengan cepat. "Banget,"
"Lah, terus kenapa ga ke kantin?"
"Males jalannya, hehe..."
"Huh, dasar! Pasti mager." Duga Raden mendapatkan anggukan dari Airell.
"Lo mau titip ga? Gue mau ke kantin nih," Tawar Raden.
Airell tampak berpikir sebentar, perutnya saat ini memang lapar. Jadi tidak tepat bila Airell memunculkan rasa sungkannya, gadis itu lalu mengeluarkan uang berwarna biru dari saku dan menyerahkan pada Raden.
"Nih, gue beliin kue lapis aja ya. Thank you, Raden ganteng..." Airell mengulas senyum manis, yang membuat Raden diam-diam memujinya dalam hati. Entahlah, setiap ekspresi Airell patut untuk Raden syukuri karena ia masih dapat melihatnya setiap hari.
Senyum Airell itu, seperti anugerah. Dari tuhan untuk mahluk bumi yang mendapatkannya, dan Raden salah satu penerima anugerah tersebut.
"Okey, tunggu ya." Setelah itu, Raden segera pergi menuju kantin. Tersisa Airell sendiri di dalam kelas, ia memainkan handphonenya untuk menghilangkan rasa bosan.
Tiba-tiba benda yang sedang ia pegang itu tertarik paksa ke atas, Airell mendongak dan menatap Aiden yang merebut handphonenya. Gadis itu segera bangkit, menatap tajam pada Aiden yang datang dengan wajah mengeras.
"Kembali-in handphone gue!"
"Lo mau ini?" Tanya Aiden mengangkat handphone Airell ditangannya, "YA!" Tentu saja Airell menjawab dengan lantang dan keras.
Pyarrr
Aiden melemparkan handphone Airell keluar jendela, mata gadis itu membulat. Airell bergegas keluar kelas untuk melihat handphonenya yang hancur di atas keramik, gigi gadis itu bergemeletuk. Dengan tangan terkepal kuat— Airell berbalik dan seketika tubuhnya mematung melihat Aiden tepat didepan.
"Maksud lo apa, njing?!" Tanya Airell penuh geraman menatap cowok itu dengan sengit.
Tatapan Aiden jatuh menyambut netra hijau yang terarah tajam padanya, "LO TUH ANJING YA!!" Sambar Airell lagi menarik dasi Aiden karna tak kunjung dijawab pertanyaannya.
"Sebenarnya ini dunia novel kan, Airell? Lo tau itu..."
"Iya, kenapa?" Jawab Airell menantang.
Mata Aiden mengkilap, detik itu juga ia menangkap tangan mungil Airell yang menggantung di dasinya. Aiden mencengkram kuat, namun tidak ada raut wajah meringis dari Airell. Ekspresinya malah semakin menantang membuat Aiden kesal dengan kenyataan itu.
"Mau kasar lo sama cewek?" Tanya Airell, "Banci..." Ucapnya berbisik sambil berjinjit disebelah Aiden.
"Sialan! Gue makin benci sama lo Airell,"
KAMU SEDANG MEMBACA
CHARACTER NOVEL? I'm? [TERBIT!]
FantasíaTERBIT!!! TERSEDIA DI SHOPPE DAN TOKOPED @Olympian Sidoarjo [ INCOMPLETE ] FOLLOW ME, TERLEBIH DAHULU! Konten terasa sensitif bagi beberapa orang, menggunakan mental baja, siap? Plagiator, diem deh! Jangan cari masalah! ______________ Racia Vernatt...