Jam sudah menunjukkan pukul lima sore saat Hasan menepikan mobil milik Hamka didepan minimarket yang tidak jauh dari rumah Hamka. Lelaki itu disuruh oleh yang lain untuk membeli beberapa cemilan persiapan mereka pergi. Tadi pagi mereka semua bosan. Benar benar definisi bosan saat liburan. Besok tahun baru dan hari ini baru direncanakan mereka akan pergi kemana.
Atas dasar omongan asal Naufal,jadilah mereka berangkat ke puncak malam ini. Berangkatnya dari rumah Hamka karna mobil lelaki itu besar dan mampu menampung tujuh orang. Semua disuruh datang kerumah Hamka. Padahal tadi siang mereka hanya iseng bilang bagaimana kalau tahun baruan dipuncak, pasti akan seru. Tak lama Randy menyeletuk kalau Sandra tidak bisa diajak karna ada acara keluarga. Dan Naufal bilang bagaimana kalau mengajak yang lainnya. Dan akhirnya, Hamka, Naufal, Randy, Winda, Jenny dan Erina ikut.
Hasan mengambil asal beberapa snack yang ada dirak khusus snack. Tindakannya itu langsung dipelototi oleh Erina. Ya, Hasan tidak sendiri pergi ke minimarket karna dilarang oleh Randy. Terakhir kali Hasan disuruh beli makan, mengecewakan semua orang. Karna isinya hanya snack tanpa minuman. Bisa bisa orang mati tersedak karna tidak ada air.
"Jangan kebanyakan snack. Cari yang lain," omel Erina sambil berjalan didepannya. Karna belanjaan mereka akan banyak, Hasan membawa troli untuk isi makanan mereka.
"Yang bawa mobil siapa?" tanya Erina yang sedang berdiri di tempat minuman dingin.
"Gantian paling. Asal nggak Naufal."
"Kenapa?"
"Ngaco bawa mobilnya. Kaya nggak ada harganya nyawanya anak orang dibawa sama dia." Hasan ingat betul saat Naufal dimintai tolong membawa mobil karna ketika pulang tanding kaki nya cidera dan tidak bisa membawa mobilnya. Karna memang kalau tanding Hasan jarang bawa motor. Rasanya saat itu nyawanya sudah diujung tandung. Sudah membawa mobil dengan kecepatan diatas rata rata, Naufal juga emosian. Sangat tidak baik.
"Beli kopi aja kali ya?" tanya gadis itu sambil menimbang nimbang kopi mana yang akan dia ambil.
"Yang mana aja rin, kita nggak pernah pilih pilih kalo kopi," ucap Hasan karna Erina tidak juga menentukan pilihannya.
Setelah membeli semua pesanan anak anak, mereka berdua ke kasir untuk membayar. Saat menunggu giliran, Hasan melihat tidak jauh dari tempatnya menunggu Erina berbicara sebentar dengan seseorang. Tadi Erina bilang ingin mengambil pesanan Randy yang ketinggalan dan tak kunjung kembali saat mereka sudah hampir membayar.
Hasan melihat dengan jelas Erina melepaskan tangannya saat lelaki itu menariknya. Hasan kesal bukan main karna Erina ditarik paksa seperti itu. Karna dari semenjak ia kenal dengan gadis itu, Hasan tidak perah sekasar itu dengannya. Tanpa berfikir panjang, Hasan meninggalkan trolinya dan menghampiri Erina.
"Sori bro, ada urusan apa ya sama Erina?" tanya Hasan setelah melepaskan cengkraman lelaki itu. Tangan Erina sedikit memerah karna ulahnya. Membuat rahang Hasan mengeras. Kalau saja ini bukan tempat umum, Hasan ingin sekali menghajarnya sampai babak belur. Hasan tidak pernah suka kalau melihat perempuan dikasari. Apalagi dipaksa seperti itu.
Lelaki itu terlihat tidak suka dengan kehadirannya. "Siapa ya? Gue ada urusannya sama Erina bukan sama lo."
"Erina cewe gue. Jadi tolong jangan ganggu lagi ya. Lo nggak ada hak sentuh sentuh cewe gue," ucap Hasan lalu menggenggam tangan Erina. Meninggalkan lelaki sinting itu dengan wajah yang kesal.
Wajah terina terlihat kaget. Tentu saja. Karna ia sendiri juga kaget dengan ucapannya. Saat dikasir, Hasan mendekatkan tubuhnya untuk berbisik dikuping Erina. "Keceplosan rin sori."
"Santai. Gue bersyukur lo dateng tadi."
"Itu siapa sih?"
"Sampahh," ucapnya asal.Hasan hampir terbahak ditengah keramaian tapi ia tahan karna tidak ingin malu maluin. Kalau dari tampang sih lumayan. Kelihatannya anak olahraga karna badannya bagus. Kalau itu mantan Erina, berarti benar kata Randy kalau standar cewe itu tinggi. Buktinya cowo tadi saja beneran diatas rata rata tampangnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Heal My Wound
Teen FictionHasan Alvaro Wirasena, lelaki dengan sejota pesonanya. Pintar pada bidangnya. Selalu membuat siapapun yang ada didekatnya akan merasakan nyaman karna sifatnya yang menyenangkan. Tapi kalimat "membuat siapa saja nyaman berada didekatnya" tidak berlak...