"Kenapa kok tiba tiba keluar terus mukanya kesel itu?" tanya Hasan saat mereka berdua sedang berada dikantin yang sepi.
Setelah Erina beradu mulut dengan salah satu anggota osis, Erina memutuskan keluar dari ruangan karna tidak ingin menambah keributan. Padahal Erina hanya memberikan saran yang menurutnya bagus. Dan anggota yang lainnya pun menyetujui. Tapi kenapa hanya dia yang sewot karna pendapatnya tidak didengar? Kan semua hasil musyawarah. Dasar orang egois. Mentang mentang kakak kelas seenaknya saja. Umpatan itu terus terusan keluar dari mulut Erina sejak tadi.
"Sumpah nggak ngerti deh gue kenapa dia yang lebih tua pemikirannya pendek banget kaya sumbu kompor minyak," ucap nya menggebu gebu tanpa menjawab pertanyaan dari Hasan. Ketika kantin menjadi tujuannya,ia malah tidak sengaja bertemu dengan Hasan yang lagi lagi sedang merokok. Sebenarnya Erina juga bingung kenapa Hasan berani melakukan itu padahal masih dilingkungan sekolah. Ya walaupun hari libur, tapi kan banyak guru ekskul hari ini.
Hasan menyeritkan dahi nya karna bingung."Apasih? Nggak ngerti."
"Udah deh,kalo lo nggak mau kena semprot omelan gue mending lo diem aja. Tugas lo dengerin bukan bertanya."
"Ampun dah. Galak banget." Hasan menggeleng gelengkan kepalanya heran.
"Biarin. Sana pergi aja kalau nggak suka. Lagian siapa suruh ke sekolah hari libur."
"Itu pemilihan kapten futsal. Sekalian makan makan sih, nggak tau kalau ternyata sekolah rame banget."
Mendengar kalimat pemilihan kapten futsal, Erina langsung penasaran.Mungkin kalau ada Jenny dan Winda disini mereka langsung antusias bertanya siapa kapten futsal yang terpilih tahun ini. Sebenarnya tidak terlalu penting sih, Cuma Winda bilang ia akan ditraktir makan sama Hamka kalau lelaki itu terpilih.
"Siapa yang jadi kapten?"
"Kenapa emangnya?"
"Nggak papa sih cuma nanya aja. Kalau nggak dikasih tau yaudah."
"Apasih? Kan gue Cuma nanya. Kok sewot gitu?"
"Kan gue juga cuma minta jawaban. Biasa aja dong."
Hasan tertawa pelan. Bingung dengan mood Erina yang bisa berubah setiap beberapa menit sekali. Setelah hari dimana Erina mengalami kecelakaan kecil, hubungan mereka membaik. Ya walaupun tetap saja judes nya tidak hilang hilang. Tapi menurut Hasan itu perkembangan yang cukup baik. Ternyata memang benar, Erina cuma pintar tapi tidak peka. Dikode berkali kali pun ia tetap juga tidak sadar.
"Mau balik lagi ke ruang osis?"tanya Hasan saat pembicaraan mereka terhenti.
Erina berfikir sejenak lalu langsung menggeleng mantap. "Mau makan ice cream aja."
Hasan langsung berdiri dan menarik tangan Erina. Karena kaget, Erina langsung menatap Hasan dan menanyakan apa maksud lelaki itu dari tatapan matanya. "Ayo, katanya mau makan ice cream?"
"Terus?"
"Kok terus? Kan Randy udah ngebucin sama Sandra. Masa lo sendirian? Sama gue aja lah."
"Lo nggak ikut makan sama yang lainnya?"tanya Erina sambil menunjuk ke arah lapangan.
"Makan sama mereka bisa kapan kapan. Pergi sama lo kapan lagi?"
"Hah?"
"Ayo, jangan kebanyakan mikir. Makin siang makin panas."
Akhirnya Erina pasrah lalu jalan mengikuti Hasan yang masih menarik tangannya.
..........
"Mau rasa apa?" tanya Erina saat berdua sudah sampai di kedai ice cream langganan Erina. Erina lebih suka makan ice cream dibanding ngopi. Ia lebih suka makanan dan minuman yang manis. Walaupun dampak nya lumayan buruk bagi kesehatan jika dikonsumsi dalam jumlah banyak. Hasan yang cenderung suka kopi mengalah karna ingin mengikuti mood Erina hari ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Heal My Wound
Teen FictionHasan Alvaro Wirasena, lelaki dengan sejota pesonanya. Pintar pada bidangnya. Selalu membuat siapapun yang ada didekatnya akan merasakan nyaman karna sifatnya yang menyenangkan. Tapi kalimat "membuat siapa saja nyaman berada didekatnya" tidak berlak...