Sepertinya mengerjakan tugas di malam minggu memang terkesan buruk. Disaat orang lain pergi dengan teman teman, keluarga, atau bahkan pacar, Erina malah sibuk mengedit tugasnya tapi tidak kelar kelar. Ada saja bagian bagian yang menurutnya harus ditambahkan sesuatu agar terlihat lebih menarik. Randy yang katanya ingin menemaninya mengedit malah tertidur sampai suara dengkurannya terdengar ke kamar Erina sebab kamar mereka persis sebelahan.
Setelah hampir tiga jam berkutik dengan komputernya, akhirnya tugas itu selesai. Satu masalahnya selesai. Tapi satu masalah baru muncul yaitu perutnya meronta ronta minta diisi makanan. Saat melihat jam yang berada disebelah tempat tidurnya, ternyata sudah pukul satu dini hari. Erina tidak sadar kalau sudah pergantian hari. Karna tidak bisa tidur saat perut kosong, Erina turun kebawah untuk mencari makanan yang ada didalam kulkas. Biasanya bundanya suka meyimpan buah buahan segar.
Saat turun melewati tangga, terdengar ada suara cekikikan dari arah ruang keluarga. Mungkin agak seram kalau yang ketawa perempuan. Tapi untungnya suara tawa ini suara laki laki. Familiar pula ditelinganya. Saat anak tangga habis ia lewati, gelak tawa itu semakin terdengar. Akhirnya Erina memutuskan untuk melihatnya terlebih dahulu. Karna kan tidak mungkin Randy tertawa sendirian tengan malam seperti ini.
Biasanya tempat bermain Randy memang diruang keluarga sebab Play station yang biasa dipakai bermain oleh ketiga abangnya sengaja ditaruh disana. Ayah mereka tidak membiarkan playstation itu ada dikamar mereka bertiga. Karna sudah pasti tidak akan tidur sampai pagi.
Saat memasuki diruang keluarga, Randy dan Hasan sedang sibuk bermian game seperti dugaannya tadi. Entah bagaimana ceritanya Hasan bisa berada dirumahnya tengah malam begini. Masih pakai baju salinan saat futsal tadi pula. Sepertinya lelaki itu belum pulang kerumahnya.
"Abang malem malem ketawa kaya orang gila tau nggak?" tegur Erina saat melihat Randy sedang asik bermain dengan Hasan. Erina langsung mengambil tempat duduk disebelah Randy untuk merenggangkan otot ototnya yang tegang karna duduk selama tiga jam didepan komputer.
"Kamu belum tidur ya?" tanya Randy yang terkejut karna kedatangan adiknya. Erina sangat jarang bahkan bisa dikatakan tidak pernah terbangun tengah malam. Erina kalau sudah tidur tidak akan terbangun hanya karna suara tertawa atau suara orang bertengkar sekalipun.
Erina menggeleng sambil menutup mulutnya yang menguap. "Belum. Baru selesai ngedit tugas."
Hasan langsung menoreh ke arah Erina saat gadis itu bilang baru selesai edit tugasnya. "Siang bisa kali rin ngeditnya. Maksain gitu sampai jam satu malem."
"Nanti siang waktu nya males malesan. Kerja keras itu penting."
"Awas botak tu kepala mikir mulu," Sindir Hasan.
"Enak aja. Enggak lah,"" Balas Erina kesal.
"Kok malah jadi berantem dah," ucap Randy saat melihat Hasan dan Erina mulai tarik urat dihadapannya. Kalau terus dibiarkan malah tidak akan ada habisnya.
"Terus kamu ngapain disini? Tidur sana." Suruh Randy saat Erina tidak juga naik ke atas. Malah melihatnya bermain playstation.
Erina menepuk dahi nya lupa. "Oiya lupa mau ke dapur. Mau ambil makanan dikulkas."
Belum sempat Erina sampai di dapur, Randy sudah meneriakinya."Percuma, nggak ada makanan. Bunda kasih notes dikulkas kita suruh beli makanan keluar aja." Katanya tanpa menatap Erina. Masih sibuk dengan gamenya.
Erina langsung menghela nafasnya kecewa. Lalu kembali untuk duduk disamping Randy sambil membujuk abangnya itu untuk mencari makan ke luar. Dengan semua jurus bujuk membujuk yang Erina punya, akhirnya Randy luluh untuk mencari makan keluar. Walaupun pergi nya pakai mobil Hasan, tapi Erina tidak terlalu memperdulikannya. Yang penting malam ini perutnya terisi dengan makanan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Heal My Wound
Teen FictionHasan Alvaro Wirasena, lelaki dengan sejota pesonanya. Pintar pada bidangnya. Selalu membuat siapapun yang ada didekatnya akan merasakan nyaman karna sifatnya yang menyenangkan. Tapi kalimat "membuat siapa saja nyaman berada didekatnya" tidak berlak...