Mungkin Erina harus membenarkan pemikiran orang kalau hari senin adalah hari tersial bagi beberapa orang. Sejak SMP ia tidak pernah mendapat keberuntungan dihari senin. Yang pertama Ia selalu nyaris tidak bisa masuk ke gerbang sekolah dan hampir tidak bisa mengikuti upacara bendera karena abangnya selalu kesiangan dihari senin. Tapi aneh nya, hanya hari senin. Sedangkan hari lainnya tidak. Yang kedua, ia harus rela pulang sedikit lebih lama karna jadwal futsal abangnya Senin dan kamis. Andai saja ia boleh pulang sendiri atau mengendarai motor kesekolah, hidupnya tidak akan se rumit ini. Dan yang terakhir, sejak ia mengklaim bahwa ia benci sejarah, saat itu juga sejarah mengerjainya. Dari SMP sampai sekarang, pelajaran Sejarah selalu jatuh di hari senin. Ia sudah tidak mengerti ada masalah apa hidupnya dengan hari senin.
Hari senin horor, pelajaran sejarah dihari senin horor dan ulangan dadakan dihari senin lebih horor dibandingkan hal horor apapun.
"Pak kan materinya belum selesai pak. Nanti aja pak ulangannya pak," Kata Hamka dari kursi belakang.
"Iya pak kami mohon kasihanilah kami," Sahut Rahman
"Bisa bisa remedial semua ini pak."
"iya pak Ya Allah. Kalau begini terus bisa bisa saya kena serangan jantung mendadak pak,"
Itu semua adalah suara hati dari anak anak IPA 4 karna Pak Muslih, selaku guru sejarah terlau membuat jantung kami tidak sehat dengan ucapannya yang bilang hari akan ada ulangan mendadak. Padahal materi saja belum selesai.
"Bisa diam tidak?" tanya Pak Muslih dengan nada agak kesal karna daritadi kelas tak kunjung diam dan tenang.
"TIDAKKKKK," Teriak kami berbarengan. Semua berteriak, kecuali satu murid kesayangannya Pak Muslih.
"Oke oke hari ini tidak ada ulangan harian dadakan" ucap Pak Muslih pasrah karna demo dari anak anak tak kunjung selesai.
"YUHUUUUUU." Kelas mendadak ramai karna senang dan aksi demo 10 menit mereka berjalan dengan lancar.
"Tapi digantikan dengan kuis. Ayo keluarkan kertas selembar saya bacakan soalnya. Nomor 1."
"Sebentar pakkkkkkkkkkkkkkkkkk."
"Ya Allah bapakkkk."
"Astaga cobaan apa ini."
"Seperti biasa. Soal 10 butir. Tidak ada remedial. Kalau nilai bagus bisa membantu nilai diakhir tahun. Kalau nilai kalian jelek, kuis ini tidak bisa membantu kalian sama sekali."
"Iya pak."
Kuis yang menggantikan ulangan dadakan selama tigapuluh menit itu benar benar menguras semua isi fikiran.
.......
Bel Istirahat berbunyi. Semua yang berada dikelas langsung buru buru pergi ke kantin untuk membeli minuman dingin. Kalau ini adalah dunia kartun, mungkin akan ada asap yang keluar dari kepala semua orang yang habis ikut kuis nya pak Muslih. Soalnya sih memang Cuma 10. Tapi analisisnya panjang bangetttt. Penjabaran limit trigonometri mah lewattt. Belum lagi hafalan Bahasa Inggris yang ada dipelajaran kedua tadi. ibaratnya, sudah jatuh tertiban tangga pula.
Erina dan Winda memijat kepala nya yang agak pusing. Winda yang lumayan jago menghafal saja mumet. Apalagi Erina yang sangat malas menghafal sejarah ituu. Bukan main gimana pusingnya.
"Pesen bakso bu min aja kali ya. Kalian mau ga?" tawar Jenny saat perutnya mulai berbunyi karna melewatkan sarapan yang dibuatkan mami nya.
"iya deh mau win. Nggak pake daun bawang yaa," ujar Erina.
"Gak pedes win," timpal Winda.
"Oke. Minumnya es teh manis kan?"
"Iyaa," jawab mereka berdua berbarengan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Heal My Wound
Teen FictionHasan Alvaro Wirasena, lelaki dengan sejota pesonanya. Pintar pada bidangnya. Selalu membuat siapapun yang ada didekatnya akan merasakan nyaman karna sifatnya yang menyenangkan. Tapi kalimat "membuat siapa saja nyaman berada didekatnya" tidak berlak...