Bagian 23

8 0 0
                                    

"3...2...1... Happy new yearrr semuaaaa," Teriak mereka dengan kompak. Semua sibuk memegang handphone dan membuat story di Instagram. Tahun baru, Harapan baru dan Usaha baru. Prinsip yang selalu Erina pegang. Saat tahun baru, semua kenangan ditahun sebelumnya harus ia tinggalkan dan menjadi lebih baik lagi ke depannya. Termaksud bermusuhan dengan Hasan, menjadi gadis yang menyebalkan, menjadi gadis judes, hal hal tidak baik itu harus ia tinggalkan dan belajar untuk menjadi manusia yang lebih baik. Apalagi sebentar lagi ia akan genap berusia tujuh belas tahun. Usia yang bisa di katakan bukan lagi anak kecil.

"Semoga kita semua selalu bahagia dan menjadi lebih baik lagi di tahun ini," ucap Randy setelah semua selesai dengan ponselnya.

"Aminnnnn," jawab kami berbarengan. Lalu mereka lanjut makan karna tadi belum selesai dan harus ditunda karna akan pergantian tahun.

Acara mereka menyambut tahun baru hanya bakar bakar di Villa milik Hasan dengan bahan bahan yang sudah mereka beli. Sebenarnya tidak ada acara lain sampai besok. Dan malamnya pun mereka akan langsung balik ke Jakarta karna tidak dibolehkan berlama lama. Bisa dibilang ini adalah pergi dadakan yang sukses. Disamping sedikit menyebalkan karna Randy terus terusan merepotkan yang lain karna efek tidak kuatnya dengan dingin. Dan seharusnya mereka tidur sekarang. Tapi yang lain masi ingin ngobrol didepan.

"Lain kali harus banget ke puncak naik motor," ucap Naufal sambil menaruh kartu UNO +4 nya yang langsung membuat Hasan geram. Karna habis ini ia yang jalan. Karna tidak ada kartu + lainnya, akhirnya Hasan mengambil empat kartu. Padahal kartunya sudah sisa satu dan kemenangan sudah didepan mata.

Karna kalau ngobrol saja tidak seru, akhirnya mereka memutuskan bermain kartu UNO yang memang dibawa oleh Winda kalau mau pergi kemanapun. Awalnya Erina bilang kalau kebiasaan Winda membawa kartu UNO itu tidak berfaedah. Tapi gadis itu tetap kekeuh. Katanya buat jaga jaga saja kalau tibatiba bosan. Dan akhirnya berguna juga saat ini.

"Ogahhh banget. Sakit pinggang gue naik motor jauh jauh," jawab Winda dengan cepat. Winda memang gadis yang sangat anti menyusahkan dirinya sendiri. Winda selalu merengek kalau tiba tiba pinggang nya sakit, kakinya sakit atau apapun. Makanya sebisa mungkin kalau berpergian jauh kemanapun gadis itu membawa barang yang bisa membuat tubuhnya nyaman. Buktinya mau pergi ke puncak saja dia bawa bantal. Untung pacarnya Winda itu Hamka, orang yang bisa dibilang sabar menghadapi tingkah kekanakannya. Coba kalau Randy, bisa bisa Winda disumpel cabe biar nggak bawel.

Naufal langsung melirik ke Hasan. "Enak kan ya san naik motor kepuncak? Coba dulu Win makanya. Rasain dulu sensasinya."

"Sensasi sensasi, kalau badan gue sakit sakit emang mau tanggung jawab lo?" tanya nya galak.

Hasan tertawa. "Iya enak kalo sama pacar. Kalo sama lo ogah fal."

Naufal langsung menendang kaki Hasan. "Sialan lo."

"Bener dong gue? Naufal tuh bilang gitu karna dia kalau ke puncak sama cewe terus. Ya walaupun perginya bareng bareng kan sama aja boncengannya sama cewe," sambar Randy.

"Cewe nya kan banyak," tambah Hamka memanas manasi Naufal yang mukanya sudah merah.

"Enak aja lo, gue nggak gitu ya," sangkalnya karna tidak terima selalu dipojokkan.

"Nggak salah lagii," jawab semua dengan kompak. Naufal memang selalu kalah telak kalau sedang diceng cengin. Karna biasanya tidak ada yang mau memihaknya.

"Uno game," ucap Erina setelah mengeluarkan kartu biru terakhirnya. "Jago juga gue," tambah Erina dengan nada sombong kali ini.

Jenny langsung melihat wajah tengil Erina sebagai orang pertama yang memenangkan game ini. "Anjirr, diem diem menghanyutkan."

Heal My WoundTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang