Bagian 24

6 0 0
                                    

Liburan telah usai. Sebenarnya kalau bisa ditambah, Erina sangat ingin menambah libur. Karna semester dua kelas sebelas ini lumayan padat menurutnya. Selain ada acara cup sebagai salah satu tanggung jawabnya, tak lupa juga nilainya yang minta dipertahankan.Erina selalu dibilang ambis oleh teman teman sekelasnya. Tapi ia tidak terlalu menanggapi karna untuk apa juga mendengarkan ucapan orang lain. Balik ke prinsip awalnya kalau ia tidak bisa menahan orang lain untuk tidak suka padannya. Menurutnya, hidup dan masa depannya ada ditangannya sendiri. Bukan orang lain. Bahkan keluarganya pun hanya mendukung, bukan menentukan.

Dimeja makan ada yang berbeda karna tumben sekali Randy sudah menduduki kursinya dengan seragam rapi alias sudah siap untuk berangkat ke sekolah. Padahal biasanya setelah libur panjang, Randy akan telat bangun dan berimbas pula padanya.

Kalau dibanding Randy yang akan lebih sibuk di semester dua ini, jelas Erina tidak ada apa apanya. Karna ia juga akan lebih sering belajar dirumah sebab kelas duabelas banyak ujian. Tapi tahun lalu, saat teman temannya dirumah ia sibuk dikarantina mempersiapkan olimpiade yang hampir membuatnya nyerah saking sulitnya. Tapi ambisi itu semakin menggebu gebu setelah ia tau akan kuliah dimana.

"Fokus loh ren, udah semester dua ini," ucap ayah menasehati Randy yang sedang mengunyah roti. Hari ini Erina senang karna bisa fullteam dengan keluarganya. Abhi, abangnya yang pertama baru pulang kerumah semalam. Kabar baiknya, ia sudah hampir selesai co-ass dan lulus stase bedahh. Walaupun sebentar lagi Abangnya juga akan pergi lagi untuk intership satu tahun didaerah. Erina duduk dikursinya lalu mengambil selembar roti yang dioleskan selai kesukaannya.

"Erina, kamu ambil olimpiade lagi?" Kali ini ayah pertanya padanya. Seperti rencana awal, Abhi akan membantunya karna bingung bagaimana menjelaskannya.

"Abhi saranin Erina nggak ikut tahun ini yah."

"Loh? Kenapa?"

"Selain Olimpiade itu penting, nilai kelas sebelas ini juga nggak kalah penting. Apalagi kemarin kan Erina udah pegang emas, jadi menurut Abhi itu udah aman yah. Tinggal fokus sama nilainya Erina aja. Kasihan juga. Takutnya nanti kaya tahun lalu sampai harus dirawat habis selesai OSN."

Cara penyampaian abangnya yang satu itu memang bisa membuat orang yang mendengarnya luluh. Selain nada bicaranya yang tenang, penyampaiannya juga jelas tidak bertele tele. Sesuai prediksinya, ayah mengangguk paham dan mengerti dengan situasi yang Erina hadapi. Tahun lalu memang Erina langsung dilarikan ke rumah sakit saking lelahnya. Sampai harus dirawat selama satu minggu karna terserang tifus.

"Jadi, rencana kamu semester ini apa?"

"Aku mau jadi panitia cup yah. Lumayan buat pengalaman. Tahun lalu kan nggak jadi karna olimpiade."

"Asal kamu nyaman, jalanin aja.

Erina tersenyum lega. Ternyata semudah ini untuk memahami ayahnya. Padahal dari semalam ia nyaris tidak bisa tidur karna kepikiran bagaimana cara menyampaikannya. Karna ia tidak bisa terus terusan menutupi. Cepat atau lambat, ayahnya akan bertanya.

"Nah, sekarang si anak bandel ini. Ambil apa tahun ini?" Abhi bertanya pada Randy yang baru saja selesai makan roti. Yang ditanya angkat angkat bahu saja. Randy ini tipe orang yang kepepet baru kepikiran. Randy memang satu satunya orang yang tidak pernah memikirkan rencana. Seolah yang ada dihadapannya yang akan langsung ia hadapi tanpa aba aba.

"Nanti dipikirin H-1 pentupan jalur undangan," jawabnya cuek. Lalu Randy mengajak Erina untuk segera bergegas pergi karna tidak mau berurusan dengan bu konde pagi pagi. Erina menurut lalu pamit mengejar Randy yang sudah klakson klakson motornya. Berbeda dengan Erina yang dekat dengan Abhi, Randy memang ada masala dengan abangnya yang pertama dari dulu. Sebelum Abhi co-ass , Randy memang sering adu mulut karna kebiasaan Randy pulang malam memang sudah tidak bisa di sangkal lagi. Dan Abhi bisa dibilang sebagai ayah kedua. Makanya sampai sekarang kenapa Randy belum juga bisa berdamai dengan abangnya. Mau dibilang berapakali pun, Randy memang anak keras kepala. Ya sama seperti yang berbicara saat ini.

Heal My WoundTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang